Penggunaan terapi Rational Emotive Behaviour Therapy
Main Author: | Obeth Rumabar; Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: 1. Dr. Dany M. Handarini, M.A 2) Dr. Marthen Pali, M.Psi |
---|---|
Format: | PeerReviewed |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/916 |
Daftar Isi:
- Mahasiswa STIPAK sebagai calon Guru PAK dan Pendeta (Hamba Tuhan) yang mengalami low self-esteem perlu mendapat layanan koseling khusus (kuratif), agar memiliki self-esteem tinggi. Hal ini disebabkan oleh hakekat pekerjaannya sebagai “the servant of God”, yang akan hadir ditengah kehidupan siswa, keluarga, dan masyarakat untuk “memberitakan” dan “menyunguhkan”, apa yang menjadi konten dalam ajarannya, yakni Firman Allah. Mahasiswa harus belajar dan berlatih membuat rencana, memilih alternatif keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terapi Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat meningkatkan self-esteem mahasiswa? Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan teknik Dispute Irrational Beliefs (disingkat DIBS) untuk mengubah self-esteem rendah mahasiswa. Sedangkan, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas terapi REBT dapat meningkatkan self-esteem mahasiswa STIPAK “Duta Harapan” Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan, the one-group pretest-posttest design. Subyek penelitian diambil dari mahasiswa semester II dan IV tahun akademik 2007/2008. Instrumen penelitian menggunakan Self-esteem Inventory (SEI). Materi perlakuan teknik DIBS, terdiri dari :1) membangun rapport, 2) empirical disputing, 3) logical disputing, dan 4) pragmatical disputing. Setelah diberikan perlakuan, post-test dilakukan untuk mengetahui perubahan self-esteem mahasiswa. Hasil yang di dapat, menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan. Mahasiswa yang kategori self-esteem positif sebanyak 75,0%, dan kategori self-esteem negatif sebanyak 25,0%. Hasil perhitungan distribusi frekuensi pasca perlakuan teknik DIBS, menunjukkan bahwa mahasiswa yang kategori tinggi sebanyak 62,5%, kategori sedang sebanyak 12,5%, dan kategori rendah sebanyak 25,0%. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan tes analisis Wilcoxon. Hasilnya menunjukkan mean sesudah terapi lebih besar dari mean sebelum terapi. Hasil uji Z, ternyata z hitung lebih besar dari z tabel. Dengan demikian H1 diterima pada taraf signifikasi 2,10. Berarti terapi REBT efektif mengubah self-esteem rendah mahasiswa. Terkait dengan temuan penelitian ini, maka saran-saran sebagai berikut: 1) pendekatan terapi REBT disarankan untuk digunakan oleh konselor pendidikan, karena praktis dan efektif, 2) konselor sekolah, perlu dibekali dengan pengetahuan teoritik dan praktek konseling melalui pelatihan-pelatihan /workshop untuk menambah wawasan dan ketrampilan konseling dalam mengefektifkan layanan konseling kepada mahasiswa, terutama layanan konseling preventif dan kuratif terhadap masalah emosional (pribadi-sosial), termasuk self-esteem mahasiswa, 3) Pimpinan STIPAK “Duta Harapan” Malang perlu menempatkan konselor sekolah untuk menangani program layanan bimbingan dan konseling kepada mahasiswa, dan 4) teorisi dan pengembang dalam bidang bimbingan dan konseling perlu mengadakan penelitian pengembangan atau tindakan untuk menguji cobakan teknik terapi DIBS dalam konteks yang lebih beragam dan populasi yang lebih luas.