Efektivitas Teknik Kerja Kelompok untuk Mengurangi Prasangka Sosial. (Disertasi)

Main Author: Romdiyah Romdiyah
Format: PeerReviewed
Bahasa: ind
Terbitan: , 2009
Subjects:
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1502
Daftar Isi:
  • Keragaman merupakan jatidiri Indonesia, yang terdiri atas (1) beragam dari segi kelompok etnik, berbagai etnik, (2) Beragam dari segi Jarak Geografi fungsional, (3) beragam dari segi sumber daya alam, (4) beragam dari segi keyakinan agama, (5) beragam dari segi ketersediaan layanan publik, (6) beragam dari segi status sosial-ekonomi, yang semua itu nampaknya memicu terbentuknya kecenderungan berpikir secara stereotipikal yang mengedepan sebagai prasangka sosial (Aronson dan Gonzales, 1988) yang, pada gilirannya menumbuhkan (7) keragaman dalam kebutuhan belajar. Sehingga menuntut (8) beragam layanan pendidikan. Oleh karena itu, demi Kemaslahatan umum, maka sangat mendesak untuk menyediakan beragam layanan pendidikan dalam rangka memperbaiki keadaan, dan salah satu solusinya harus dijajagi dalam rangka penyelenggaraan pendidikan formal. Oleh karena itu, penelitian Disertasi ini ditujukan untuk mengurangi prasangka sosial melalui salah satu varian dari kerja kelompok, yaitu Kerja Kelompok Komplementer, dalam mata pelajaran Sosiologi. Dengan kata lain, penyelenggaraan teknik Kerja Kelompok Komplementer dalam mata pelajaran Sosiologi. Pada dasarnya membuka peluang untuk mencermati dari nurturant effect yang terkait dengan instructional effect dari penyelenggaraan pembelajaran dalam mata pelajaran Sosiologi. Secara lebih rinci, dapat ditunjuk bahwa nurturant effect yang memberikan sumbangan dalam pembentukan nilai, norma, sikap serta berbagai ketrampilan sosial yang memainkan peranan dalam penurunan tingkat prasangka sosial (Johnson dan Johnson, 1987). Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka digunakan rancangan penelitian Kuasi-Eksperimental dengan pre-tes dan pos tes. Dalam kelompok eksperimen diselenggarakan Kerja Kelompok Komplementer digunakan paket perlakuan yang dirancang khusus, sedangkan Kelompok Kontrol diajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan efektivitas. Penyelenggaraan teknik pembelajaran Kerja Kelompok Komplementer dalam penurunan tingkat prasangka sosial pada Madrasah Tsanawiyah Al Istiqamah, dan SMPN 10 Banjarmasin. Dalam Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah dibentuk 2 kelompk, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri atas 14 siswa etnik Madura, dan 16 siswa etnik Banjar. Sedangkan kelompok kontrol terdiri atas 9 siswa etnik Madura dan 22 siswa etnik Banjar. Sedangkan pada SMPN 10, juga dibentuk 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri atas 6 siswa etnik Madura, dan 25 siswa etnik Banjar, sedangkan kelompok kontrol terdiri atas 6 siswa etnik Madura dan 31 siswa etnik Banjar. Kesemua subjek penelitian adalah siswa kelas 8. Agar dapat mengungkapkan penurunan atau kenaikan tingkat prasangka sosial, kepada mereka dilancarkan pre-tes berupa kuisioner. Kemudian mereka dilibatkan dalam Kerja Kelompok Komplementer bagi kelompok eksperimen, sedangkan Kelompok Kontrol diajar dengan metode pembelajaaran yang Konvensional. Data hasil Penelitian, dianalisis dengan menggunakan ANOVA. Hasil penelitian membuktikan, sebagai berikut: (1) Prasangka sosial siswa etnik Banjar terhadap etnik Madura di MTs. Kelompok eksperimen (N.16) nilai rata-rata prates 90.563. Kelompok Kontrol (N.22) nilai rata-rata prates 89.682. Setelah diberi perlakuan, kemudian kelompok eksperimen diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 80.688. Jadi ada selisih angka penurunan 90.563 - 80.688 = 9.875 yang signifikan. Untuk kelompok kontrol setelah diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 91.9091. Jadi ada kenaikan angka 89.682 menjadi 91.9091, yang berarti menunjukkan adanya penaikan 2.227 prasangka sosial tetapi tidak signifikan. (2) Prasangka sosial siswa etnik Madura terhadap etnik Banjar di MTs. Kelompok eksperimen (N.14) nilai rata-rata prates 60.000. Kelompok kontrol (N.9) nilai rata-rata prates 59.056. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 49.000. Jadi ada selisih penurunan 60.000 - 49.000 = 11.000 yang signifikan. Sedang Kelompok Kontrol setelah diberi perlakuan diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 58.16667, berarti ada penurunan 59.056 - 58.1667 = 0.990 tidak signifikan, (3) Prasangka sosial etnik Banjar terhadap etnik Madura di SMP. Kelompok eksperimen (N.25) nilai rata-rata prates 81.640. Kelompok Kontrol (N.31) nilai rata-rata prates 79.903. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 74.240. Jadi ada selisih penurunan 81.640 - 74.240 = 7.40 yang signifikan. Sedang Kelompok Kontrol setelah diberi perlakuan diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 78.0323. Jadi ada selisih penurunan 79.903 - 78.0323 = 1.8707 tidak signifikan, (4) Prasangka sosial etnik Madura terhadap etnik Banjar di SMP. Kelompok Eksperimen (N.6) nilai rata-rata prates 60.500. Kelompok Kontrol (N.6) nilai rata-rata prates 61.1667. Setelah Kelompok Eksperimen diberi perlakuan, diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 46.6667. Jadi ada penurunan 60.500 - 46.6667 = 13.834 yang signifikan. Sedang Kelompok Kontrol diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 58.667. Jadi ada penurunan 61.1667 - 58.6667 = 2.500 yang signifikan. Secara umum dapat disimpulkan, bahwa perlakuan pembelajaran dengan menerapkan teknik Kerja Kelompok secara signifikan dapat menurunkan atau mengurangi prasangka sosial baik di MTs maupun di SMP. Inti Kerja Kelompok adalah siswa menguasai dan terdorong menerapkan keterampilan, seperti: menghargai pendapat orang lain, menghormati perbedaan, berantre/secara tertib menunggu giliran, menghormati hak orang lain, beradaptasi dan menghargai waktu. Implikasi penelitian ini pada ketiga pusat pendidikan, pertama pendidikan keluarga, dimana orang tua sangat besar peranannya dalam rangka membentuk karakter anak-anaknya. Sejak dari keluarga harus ditanamkan oleh orang tua, bahwa kita diciptakan Tuhan berbeda-beda bukan untuk berselisih tapi untuk saling kenal, memahami, hormat menghormati. Kedua, pendidikan di sekolah, bagi kepala sekolah, para guru dan staf sekolah lainnya harus bisa menciptakan suasana yang kondusif untuk menghadapi perbedaan-perbedaan dalam soal budaya, ras, agama, status sosial dan lain-lain. Sekolah merupakan instansi yang bertanggung jawab atas berkembangnya keterampilan bukan hanya akademik, tetapi juga keterampilan sosial seperti menghormati pendapat orang lain, menghargai perbedaan dan sebagainya. Sedang ketiga pendidikan di masyarakat, yang melibatkan para pemuka agama, adat, organisasi massa. Mereka sangat berpengaruh terhadap baik tidaknya lingkungan masyarakat, karena fatwanya diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat pada umumnya. Menghargai perbedaan bukan sekadar meningkatkan keputusan kelompok tetapi juga membuat kapasitas anggota menjadi lentur (tidak keras kepala) dan empati. Costa, (1999).