Efektivitas Teknik Kerja Kelompok untuk Mengurangi Prasangka Sosial. (Disertasi)

Main Author: Romdiyah Romdiyah
Format: PeerReviewed
Bahasa: ind
Terbitan: , 2009
Subjects:
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1460
Daftar Isi:
  • Indonesia terdiri atas berbagai etnik, besar sekali kemungkinan timbul prasangka yang dipicu adanya perbedaan ras, bahasa, agama, budaya, kelas sosial dan ekonomi, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa menjadi prioritas kebijakan pemerintah yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara, Manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan orang lain dan lingkungannya untuk mengembangkan kehidupannya (Suparno, 2004). Begitu pula dalam pembelajaran: untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan Kerja Kelompok (Cooperative Learning) memberikan peluang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, utamanya yang berwujud dampak pengiring (nurturant effect) (Joni, 1984). Kerja Kelompok (Cooperative Learning) bukan saja untuk mencapai tujuan akademik (instructional effects), tetapi lebih dari itu dapat untuk mengembangkan nilai-nilai, norma-norma, sikap dan keterampilan sosial lainnya, seperti mengurangi/menurunkan prasangka sosial. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan quasi-experimental (eksperimen semu), dengan melibatkan kelompok eksperimen yang diberi perlakuan (treatment) pembelajaran IPS Terpadu dengan menerapkan teknik Kerja Kelompok dan Kelompok Kontrol yang diberi perlakuan lain, yaitu pembelajaran dengan menerapkan teknik Konvensional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas teknik Kerja Kelompok dalam rangka mengurangi prasangka sosial di Madrasah Tsanawiyah Al Istiqamah Pekapuran Raya Banjarmasin (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Banjarmasin (SMP). Di MTs sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen 14 orang siswa etnik Madura dan 16 orang siswa etnik Banjar. Kelompok Kontrol 9 orang siswa etnik Madura dan 22 orang etnik Banjar. Sedang di SMP kelompok eksperimen 6 orang siswa etnik Madura dan 25 orang etnik Banjar. Untuk Kelompok Kontrol 6 orang siswa etnik Madura dan 31 orang siswa etnik Banjar. Mereka kelas VIII semester genap. Untuk mengetahui tingkat prasangka sosial siswa, kepada mereka dibagikan angket yang nilainya sebagai prates. Setelah itu mereka diberi perlakuan (treatment) sesuai dengan kelompoknya. Setelah itu kepada mereka dibagikan angket yang nilainya sebagai postes untuk mengetahui turun atau naik prasangka sosialnya dianalisis dengan menggunakan ANOVA. Hasil penelitian membuktikan, sebagai berikut: (1) Prasangka sosial siswa etnik Banjar terhadap etnik Madura di MTs. Kelompok eksperimen (N.16) nilai rata-rata prates 90.563. Kelompok Kontrol (N.22) nilai rata-rata prates 89.682. Setelah diberi perlakuan, kemudian kelompok eksperimen diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 80.688. Jadi ada selisih angka penurunan 90.563 - 80.688 = 9.875 yang signifikan. Untuk kelompok kontrol setelah diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 91.9091. Jadi ada kenaikan angka 89.682 menjadi 91.9091, yang berarti menunjukkan adanya penaikan 2.227 prasangka sosial tetapi tidak signifikan. (2) Prasangka sosial siswa etnik Madura terhadap etnik Banjar di MTs. Kelompok eksperimen (N.14) nilai rata-rata prates 60.000. Kelompok kontrol (N.9) nilai rata-rata prates 59.056. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 49.000. Jadi ada selisih penurunan 60.000 - 49.000 = 11.000 yang signifikan. Sedang Kelompok Kontrol setelah diberi perlakuan diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 58.16667, berarti ada penurunan 59.056 - 58.1667 = 0.990 tidak signifikan, (3) Prasangka sosial etnik Banjar terhadap etnik Madura di SMP. Kelompok eksperimen (N.25) nilai rata-rata prates 81.640. Kelompok Kontrol (N.31) nilai rata-rata prates 79.903. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 74.240. Jadi ada selisih penurunan 81.640 - 74.240 = 7.40 yang signifikan. Sedang Kelompok Kontrol setelah diberi perlakuan diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 78.0323. Jadi ada selisih penurunan 79.903 - 78.0323 = 1.8707 tidak signifikan, (4) Prasangka sosial etnik Madura terhadap etnik Banjar di SMP. Kelompok Eksperimen (N.6) nilai rata-rata prates 60.500. Kelompok Kontrol (N.6) nilai rata-rata prates 61.1667. Setelah Kelompok Eksperimen diberi perlakuan, diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 46.6667. Jadi ada penurunan 60.500 - 46.6667 = 13.834 yang signifikan. Sedang Kelompok Kontrol diberi perlakuan, kemudian diukur prasangka sosialnya nilai rata-rata postes 58.667. Jadi ada penurunan 61.1667 - 58.6667 = 2.500 yang signifikan. Secara umum dapat disimpulkan, bahwa perlakuan pembelajaran dengan menerapkan teknik Kerja Kelompok secara signifikan dapat menurunkan atau mengurangi prasangka sosial baik di MTs maupun di SMP. Inti Kerja Kelompok adalah siswa menguasai dan terdorong menerapkan keterampilan, seperti: menghargai pendapat orang lain, menghormati perbedaan, berantre/secara tertib menunggu giliran, menghormati hak orang lain, beradaptasi dan menghargai waktu. Implikasi penelitian ini pada ketiga pusat pendidikan, pertama pendidikan keluarga, dimana orang tua sangat besar peranannya dalam rangka membentuk karakter anak-anaknya. Sejak dari keluarga harus ditanamkan oleh orang tua, bahwa kita diciptakan Tuhan berbeda-beda bukan untuk berselisih tapi untuk saling kenal, memahami, hormat menghormati. Kedua, pendidikan di sekolah, bagi kepala sekolah, para guru dan staf sekolah lainnya harus bisa menciptakan suasana yang kondusif untuk menghadapi perbedaan-perbedaan dalam soal budaya, ras, agama, status sosial dan lain-lain. Sekolah merupakan instansi yang bertanggung jawab atas berkembangnya keterampilan bukan hanya akademik, tetapi juga keterampilan sosial seperti menghormati pendapat orang lain, menghargai perbedaan dan sebagainya. Sedang ketiga pendidikan di masyarakat, yang melibatkan para pemuka agama, adat, organisasi massa. Mereka sangat berpengaruh terhadap baik tidaknya lingkungan masyarakat, karena fatwanya diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat pada umumnya. Menghargai perbedaan bukan sekadar meningkatkan keputusan kelompok tetapi juga membuat kapasitas anggota menjadi lentur (tidak keras kepala) dan empati. Costa, (1999).