Penerapan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) melalui Learning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman dan Aplikasi Konsep Peluang Siswa SMAN 1 Plosoklaten Kediri. (Tesis)
Main Author: | Eni Titikusumawati |
---|---|
Format: | PeerReviewed |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1072 |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan menghasilkan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) yang diimplementasikan melalui strategi Learning Cycle. Bertolak dari permasalahan pembelajaran real di kelas XI IPA1 SMAN 1 Plosoklaten Kediri, yaitu banyak siswa masih kesulitan membedakan bilangan bulat dengan bilangan faktorial, siswa kesulitan membedakan permasalahan yang diselesaikan dengan permutasi atau kombinasi, serta siswa tidak bisa memberikan jawaban ketika diberi pertanyaan tentang permutasi siklis. Permasalahan-permasalahan pembelajaran di atas disebabkan oleh lemahnya kemampuan siswa dalam aspek domain kognitif, terutama ranah pemahaman dan aplikasi. Kelemahan tersebut, diduga disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran konvensional oleh guru, dengan ciri utama, cenderung berpusat pada guru, monoton, dan lebih menitikberatkan pendekatan komputasi yang membosankan. Reorientasi pembelajaran matematika oleh guru dari pembelajaran konvensional menuju pembelajaran metematika yang lebih banyak ‘memberdayakan' dan ‘melaparkan' rasa ingin tahu siswa sangat dibutuhkan, yaitu model pembelajaran yang student centered dan konstruktivis, yang menekankan konteks sebagai starting point pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Model pembelajaran PMR mungkinkan siswa belajar matematika lebih bermakna melalui kegiatan menemukan matematika untuk dirinya sendiri. Pengelolaan pembelajaran PMR mengacu pada strategi Learning Cycle, langkah ini ditempuh untuk memberi kekuatan yang lebih besar kepada siswa sehingga ide yang dimiliki dapat dikembangkan melalui penalarannya. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) plan, (2) action, (3) observation, (4) reflection. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan pembelajaran. Data penelitian meliputi: (1) pengamatan terhadap proses pembelajaran, (2) tes kognitif siswa untuk aspek pemahaman dan aplikasi, dan (3) respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran PMR melalui learning cycle. Penerapan model pembelajaran PMR melalui learning cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik proses maupun produk. Ketuntasan klasikal pengamatan proses pembelajaran meningkat sebesar 5,1%. Peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus 1(66,67%) ke siklus 2(84,6%) sebesar 17,93%. Respon siswa terhadap penerapan model PMR melalui Learning cycle menunjukkan respon yang positif. Skor rata-rata angket umpan balik siswa terhadap penerapan model pembelajaran PMR melalui learning cycle adalah 2,8 masuk dalam kategori Setuju(S). Peningkatan pemahaman dan aplikasi siswa di atas karena siswa belajar dalam bingkai pendekatan realistik, pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri(the use of contex and the use of models), model pemecahan informal(model-of). Selanjutnya tahap eksplanasi terjadi interaksi melalui diskusi dan negosiasi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru (student contribution and interactivity), maka salah satu pemecahan yang dikemukakan siswa akan berkembang menjadi model yang formal(model-for). Keterkaitan atau pegintegrasian antar konsep-konsep atau materi pelajaran dalam matematika harus dieksplorasi untuk mendukung proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna. Tahap ekspansi dilakukan siswa melalui pengintegrasian(interwinning) antar konsep, topik dan materi pelajaran tersebut akan membantu siswa dalam memecahkan masalah dan pembelajaran menjadi lebih efektif. Proses di atas tidak terlepas dari tahap pematematikaan horizontal, yaitu siswa dengan pengetahuan yang dimilikinya(math tools) dapat mengorganisasikan dan memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tahap pematematikaan vertikal berkenaan dengan pemrosesan atau proses reorganisasi dalam matematika itu sendiri. Jadi jelas bahwa, pada awalnya siswa memecahkan masalah secara informal dengan menggunakan bahasa atau kata-kata mereka sendiri. Kemudian setelah beberapa waktu, setelah mereka familiar dengan proses/strategi pemecahan yang serupa melalui penyederhanaan(simplifikasi) dan formalisasi, siswa mulai menggunakan bahasa yang lebih formal dan diakhir proses siswa akan menemukan suatu algoritma. Temuan penelitian ini memberikan beberapa saran terkait dengan penerapan model pembelajaran yaitu: (1) bagi para guru dan praktisi pendidikan yang akan menerapkan model pembelajaran PMR melalui learning cycle ini untuk menerapkannya pada tahap yang lebih tinggi, misalnya tahap kemampuan berpikir tinggi (analisis dan sintesis); (2) memberikan pengalaman belajar yang bervariasi akan sangat membutuhkan inovasi dan kreativitas guru untuk mengeksplorasi kemampuannya terhadap konsep yang akan diajarkan.