Evaluasi Genetik dengan Breeding Value dan Analisis DNA serta Implementasinya oleh Para Pelaku Pembibitan Sapi Potong Hasil Persilangan di Perusda UPA Pasuruan dan Sampang Madura (Sebuah Model Pengembangan Pembelajaran Materi Evaluasi Genetik dengan Kajia
Main Author: | Mudawamah Mudawamah; Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd., (II) Dr. Ir. V.M. Ani Nurgiartiningsih, MSc., dan (III) Dr.agr. Mohamad Amin, M.Si. |
---|---|
Format: | PeerReviewed |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/1014 |
Daftar Isi:
- Pelaksanaan program pemuliaan sapi potong melalui crossbreeding harus diikuti dengan evaluasi genetik yang akurat menggunakan breeding value dan analisis DNA sebagai dasar pertimbangan penentuan kebijakan program pemuliaan sapi potong di masa datang. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui potensi genetik secara kuantitatif melalui efek heterosis, breeding value (BV) dengan cara klasik dan animal model, serta biomolekuler melalui analisis DNA pada F1 hasil persilangan. Tujuan lain dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan respon dari para pelaku pembibitan sapi persilangan sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran. Penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) evaluasi genetik secara kuantitatif; 2) evaluasi genetik berbasis molekuler dengan analisis DNA menggunakan enzim Msp I, Ava II dan Xho I; 3) implementasi evaluasi genetik oleh para pelaku pembibitan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2007 sampai dengan Oktober 2008. Materi penelitian ini adalah data performans produksi F1 sebanyak 99 ekor, 66 ekor dan 83 ekor, masing-masing untuk BRAPO-SING (persilangan Brahman Singosari dengan PO), BRAPO-AME (persilangan Brahman Amerika dengan PO) dan LIMMADU (persilangan Limousin dengan Madura). Data dianalisis untuk mendapatkan breeding value dengan program PEST versi 4.2. Sampel darah yang berasal dari +7 % populasi sapi, analisis DNAnya dengan menggunakan metode RFLP. Indeks persamaan (similarity index) dianalisis dengan software MVSP. Khalayak sasaran kegiatan pembelajaran pada para pelaku pembibitan (petugas recording di UPA Pasuruan dan Dinas Peternakan Sampang Madura ditambah petugas BBIB Singosari dan Dinas Peternakan kota Malang dan Pasuruan). Evaluasi pembelajaran masyarakat menggunakan Lembar Kerja Pebelajar, Reflective Learning Journal (RLJ), pre dan postes, pre dan posangket. iii Hasil penelitian menunjukkan berat lahir (BL), berat sapih (BS) dan kode pejantan F1 hasil persilangan berjenis kelamin jantan tidak berbeda dengan betina. Rataan BL & BS jantan dan betina F1 hasil persilangan adalah 29,43 kg & 111 kg dan 27,44 kg & 109,02 kg. Rataan BL dari kode pejantan A (Brahman Singosari), kode pejantan B, C, dan D (Brahman Amerika) adalah 28,21 kg; 29,17 kg; 29,75 kg dan 30,32 kg. Rataan BS dari kode pejantan A (Brahman Singosari), kode pejantan B, dan D (Brahman Amerika) adalah 107,16 kg; 116,45 kg; dan 87,08 kg. Ada pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) model persilangan terhadap BL dan BS. Rataan BL & BS dari berbagai model persilangan adalah 27,70 kg & 107,16 kg (Brahman Singosari x PO); 29,92 kg & 110,58 kg (Brahman Amerika x PO), 22,50 kg & 113,47 kg (Limousin x Madura). Nilai korelasi ukuran vital tubuh (tinggi badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada) dengan berat umur sapih & berat umur satu tahun adalah 0,37 & 0,79; 0,33 & 0,41; 0,25 & 0,81; 0,29 & 0,81. Nilai ripitabilitas pertambahan berat badan (PBB) dari F1 BRAPO-SING, BRAPO-AME dan LIMMADU adalah 0,10; 0,30; 0,01. Nilai ripitabilitas pertambahan ukuran vital tubuh dari F1 BRAPO-SING, BRAPO-AME dan LIMMADU berkisar antara 0,15-0,59; 0,06-0,69; dan -0,44 sampai 0,72. Heritabilitas BL dengan cara klasik & REML adalah 0,63 & 0,53. Efek heterosis dan keunggulan F1 dari induknya pada BS F1 LIMMADU, BRAPO-AME serta BRAPO-SING sebesar -15,64 % dan 106,31 %; -32,76 % dan 31,06, serta -34,39 % dan 27,00 %. Potensi genetik pejantan berdasarkan breeding value BL dan BS yang diestimasi dengan cara klasik menghasilkan rangking ternak yang sama dengan animal model, dengan nilai korelasi rangking adalah 1. Rataan indeks persamaan fragmen DNA hasil RFLP dengan berbagai enzim restriksi dari F1 BRAPO-SING, BRAPO-AME dan LIMMADU terhadap induk & pejantan sebesar 85,75 % & 76,60 %; 72,63 % dan 69,47 %; 75,93 %. Kemampuan kognitif sebelum dan sesudah pembelajaran dari hasil tes & angket adalah 59 & 38,75 dan 76,69 & 97,50. Kemampuan tahap refleksi dan level refleksi pebelajar pada RLJ-1, RLJ-2 & RLJ-3 adalah 2,25 ; 2,50 & 2,88 dan 1,50; 2,00 & 2,38. Hasil belajar para pelaku pembibitan sapi persilangan dengan nilai rata-rata 70 dan kategori baik. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. BL F1 BRAPO-AME nyata lebih tinggi dibandingkan dengan F1 BRAPO-SING dan F1 LIMMADU. PBB dan PTB (pertambahan tinggi badan) serta PTP (pertambahan tinggi pundak) F1 BRAPO-AME dan F1 LIMMADU nyata lebih besar dibandingkan dengan F1 BRAPO-SING. Ada hubungan linier positip antara ukuran vital tubuh dengan berat umur sapih dan linier negatip dengan berat umur satu tahun dari F1 sapi hasil persilangan. Nilai heritabilitas BL dan ripitabilitas PTP dan PLD dari F1 BRAPO termasuk kategori tinggi. Nilai efek heterosis dan keunggulan F1 dari induknya pada BS F1 LIMMADU cenderung tertinggi, diikuti dengan dengan BRAPO-AME dan BRAPO-SING. BV BL & BS pejantan dengan cara klasik dan animal model menghasilkan rangking yang sama. Fragmen DNA sapi potong F1 BRAPO-SING dan LIMMADU lebih bervariasi dibandingkan dengan sapi pejantan, tidak ada variasi band DNA dengan induknya. Pembelajaran masyarakat meningkatkan kemampuan kognitif dan level refleksi para pelaku pembibitan tetapi belum mampu meningkatkan tahap refleksinya. Hasil belajar dari para pelaku pembibitan kategori baik. Ada respon yang positip ke arah yang lebih baik dari para pelaku pembibitan sapi persilangan sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dapat digunakan sebagai media meningkatkan motivasi dan gairah belajar serta kemampuan refleksi diri para pelaku pembibitan. Penggunaan cara klasik untuk evaluasi genetik pejantan pada struktur data progeny lebih sederhana dan menghasilkan rangking sama dengan animal model. Untuk menerapkan pembelajaran bagi para pelaku pembibitan, instruktur harus memahami benar skenario pembelajaran dan peta kemampuan akademik. Perlu penelitian lanjutan pembelajaran pada para pelaku pembibitan dengan menerapkan partisipatip dalam cooperative learning tipe lain.