PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DENGAN APLIKASI PROGRAM ANIMASI MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA KELAS X DENGAN TOPIK HIDROSFER
Main Author: | FAJAR SATRIO BANGUN |
---|---|
Format: | PeerReviewed eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UM
, 2009
|
Online Access: |
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/pkm/article/view/2168 |
Daftar Isi:
- RINGKASAN LAPORAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DENGAN APLIKASI PROGRAM ANIMASI MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA KELAS X DENGAN TOPIK HIDROSFER BIDANG KEGIATAN PKM TEKNOLOGI Oleh: FAJAR SATRIO BANGUN 105261479223/2005 AHMAD LUTFI 304312473212/2004 M. RIZKI HADIAN 105261481104/2005 TENDO WIBOWO GUTERES 206351403557/2006 UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG 2008 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DENGAN APLIKASI PROGRAM ANIMASI MACROMEDIA FLASH PROFESSIONAL 8 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA KELAS X DENGAN TOPIK HIDROSFER Fajar Satrio Bangun, Ahmad Lutfi, M. Rizki Hadian, Tendo Wibowo Guteres Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang ABSTRAK Salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran geografi SMA kelas X pada semester pertama adalah hidrosfer. Dalam materi hidrosfer terdapat objek-objek alam yang merupakan konsep konkrit yang sulit dipahami oleh siswa dengan hanya membaca buku ataupun mendengarkan penjelasan secara lisan sehingga perlu dikembangkan media pembelajaran yang dapat dapat menunjukkan proses-proses hidrosfer dan objek-objek alam secara langsung. Dari salah satu hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan compact disk ganeca multimedia dapat meningkatakan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dengan memanfaatkan software macromedia flash professional 8 yang dapat menampilkan teks, audio, gambar, dan animasi, maka dikembangkan CD pembelajaran untuk topik hidrosfer sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi. Metode dalam pengembangan ini menggunakan model pengembangan prosedural yang bersifat deskriptif yaitu model pengembangan dengan menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk . langkah-langkah atau prosedur tersebut terdiri dari kegiatan: 1) Identifikasi kompetensi dasar dan indikator, 2) analisis bahan ajar, 3) analisis kebutuhan siswa, 4) desain media, 5) produksi, 6) editing, 7) protipe media, 8) validasi produk, 9) uji coba produk, dan 10) produk akhir. Teknik analisis dalam pengembangan ini adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif persentase, yaitu dengan mengubah data kuantitatif dari hasil validasi dan uji coba produk menjadi data kualitatif yang didasarkan pada kriteria kevalidan dan kelayakan produk. Instrumen yang digunakan adalah instrumen berbentuk angket tertutup yang berbentuk cek list. Hasil yang diperoleh berupa media pembelajaran dalam bentuk CD (compact disk) yang selanjutnya dilakukan proses validasi dan uji coba produk. Dari hasil validasi dan uji coba produk diperoleh nilai persentase, yaitu 100% untuk validasi media, 92% untuk validasi materi, dan 86% untuk uji coba produk. Sehingga berdasarkan kriteria kevalidan dan kelayakan produk, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran untuk pokok bahasan hidrosfer tersebut valid dan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Di dalam pembelajaran di kelas, guru dapat menggunakan produk ini untuk menjelaskan materi kepada siswa. Berbagai kesulitan guru dalam menjelaskan proses fisik alam dapat diatasi dengan produk ini. Disamping itu, siswa juga dapat menggunakan produk ini secara mandiri. Kata kunci: hidrosfer, media pembelajaran PENDAHULUAN Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer yang meliputi atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan litosfer dengan segala fenomena yang ada di dalamnya serta proses-proses fisik maupun non fisik. Demikian kompleksnya materi geografi menuntut adanya pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di kelas saja melainkan juga di luar kelas untuk menunjukkan gejala-gejala nyata di lapangan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sarana yang dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Media pembelajaran yang dapat menampilkan berbagai objek fisik alam dan proses-proses yang terjadi tanpa harus melihat langsung di lapangan merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang pembelajaran. Salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran geografi SMA kelas X pada semester pertama adalah hidrosfer . Materi tersebut mengkaji proses-proses alam dan objek-objek alam seperti: siklus air, proses-proses yang membentuk siklus air, berbagai jenis perairan, Daerah Aliran Sungai (DAS), air tanah, potensi air, penyebab dan dampak banjir, serta pengaruhnya bagi kehidupan manusia (Supriyanto dan Kusmono, 2004:106). Dipandang dari segi kesukaran materi, materi hidrosfer sulit dipahami oleh siswa dengan hanya membaca buku ataupun mendengarkan penjelasan secara lisan. Siswa memerlukan waktu yang lama untuk memahami tahap demi tahap proses siklus air berjalan dengan segala proses pembentuknya. Siswa akan mengalami kesulitan memahami proses masuknya air ke dalam tanah yang membentuk lapisan-lapisan air tanah yang pada prosesnya menghasilkan fenomena alam seperti terjadinya mata air dan sumur artesis. Disamping itu, di dalam materi hidrosfer terdapat objek-objek alam yang merupakan konsep konkrit. Pada kenyataannya, konsep-konsep konkrit di dalam pembelajaran tidak boleh didefinisikan. Seperti menjelaskan pengertian sungai, danau, ataupun rawa, maka kedua nama objek alam tersebut tidak dapat didefinisikan, tetapi dilakukan dengan menunjukkan langsung contoh gambar objek, sehingga dengan melihat secara langsung, siswa akan dapat memahami apa yang dinamakan sungai, danau, ataupun rawa. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang dapat menampilkan objek-objek alam tersebut sehingga akan mempermudah siswa dalam mengenali dan memahami objek-objek alam tersebut Berbagai gambar kenampakan objek hasil proses hidrologi seperti sungai, danau, dan rawa tentunya memerlukan suatu media untuk memudahkan siswa mengetahui dan membedakan bentuk objek tersebut, apalagi satu bentuk objek seperti sungai masih dibedakan menurut asal ataupun bentuk alirannya. Demikian pula bentuk-bentuk objek lainnya seperti danau dan rawa. Siswa akan lebih mudah memahami apabila mengenali objek aslinya, atau gambar objek. Misalnya, siswa ingin mengetahui perbedaan Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Karst di Gunung Kidul serta bagaimana proses terbentuknya danau tersebut. Maka hal tesebut menyebabkan mereka mengalami kesulitan membedakan objek tersebut jika tanpa menggunakan media. Demikian pula pembahasan materi air tanah yang mengkaji proses perjalanannya mulai dari daratan hingga ke laut dan air yang masuk ke dalam tanah yang mengalir dalam lapisan-lapisan yang pada akhirnya kembali ke laut. Siswa akan sulit memahami bagaimana air permukaan tersebut masuk ke dalam tanah sampai pada lapisan-lapisannya. Siswa akan sulit memahami bagaimana bentuk dan lokasi lapisan-lapisan dalam tanah serta bagaimana mata air terbentuk. Pada kenyatannya, guru dituntut berusaha agar materi yang disampaikan dapat dimengerti oleh siswa. Materi hidrosfer yang memiliki banyak proses fisik dan kenampakan objek alam sulit ditunjukkan tanpa menggunakan media. Oleh karena itu, diperlukan suatu media yang memungkinkan siswa dapat menggunakan alat indera secara optimal. Makin banyak alat indera yang digunakan untuk mempelajari sesuatu, makin mudah diingat apa yang dipelajari (Latuheru, 1988:9). Pada kenyataannya, media pembelajaran dengan topik hidrosfer pada mata pelajaran geografi SMA kelas X masih terbatas pada media cetak berupa buku teks, LKS, dan modul. Media yang berbentuk CD pembelajaran khususnya yang mampu menampilkan teks, gambar, audio, video, dan animasi secara langsung, masih terbatas penggunaannya karena kelangkaan media tersebut sehingga sulit diperoleh. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengembangan media selama ini. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperlukan media pembelajaran yang dapat mengintegrasikan antara teks,gambar,video,dan animasi untuk merepresentasikan proses proses hidrosfer dan objek-objek alam secara langsung. Salah satu software yang yang dapat menampilkan teks, audio, gambar, dan animasi adalah macromedia flash professional 8. Oleh karena itu dikembangkan media pembelajaran berupa CD untuk materi hidrosfer dengan memanfaatkan software macromedia flash professional 8 yang dapat mengintegrasikan antara teks,gambar,video,animasi untuk merepresentasikan proses proses hidrosfer dan objek-objek alam sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi. Dengan mengembangkan media pembelajaran tersebut maka diharapkan akan dapat membantu siswa langsung, dan kreatif dalam memahami materi, juga sebagai sarana bagi guru untuk menyampaikan materi pelajaran geografi untuk pembahasan hidrosfer dengan cara mudah dan menarik, serta sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian dan pengembangan yang akan datang. METODE PENDEKATAN Penelitian ini menggunakan model pengembangan prosedural yang bersifat deskriptif yaitu model pengembangan dengan menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk (Saukah, 2000: 37). Model pengembangan tersebut seperti pada bagan 3.1 berikut Bagan 3.1 Model Pengembangan Berdasarkan model pengembangan di atas, maka prosedur pengembangan dirumuskan dalam tahap-tahap kegiatan sebagai berikut. 1. Identifikasi Kompetensi Dasar dan Indikator Dalam proses pembelajaran diperlukan suatu rumusan kompetensi yang dijadikan sebagai ukuran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Rumusan kompetensi tersebut berisi rincian tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa untuk pokok bahasan materi tertentu. Dengan rumusan kompetensi ini akan dapat dilihat tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi. Rumusan kompetensi ini nantinya akan dijadikan rujukan dalam pembuatan media pembelajaran sehingga diharapkan isi media tidak keluar dari materi melainkan lebih terarah dan fokus pada materi. Rumusan kompetensi tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu a) Standar Kompetensi, yaitu kemampuan menganalisis gejala alam fisik dan perkembangan bentuk muka bumi serta pelestariannya.kompetensi dasar dan indikator, b) Kompetensi Dasar, yaitu kemampuan memprediksi dinamika perubahan hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, c) Indikator, yang terdiri dari lima poin, yaitu mengidentifikasi proses-proses utama pembentuk siklus hidrologi, mengidentifikasi berbagai jenis perairan, mendiskripsikan Daerah Aliran Sungai (DAS), mendeskripsikan kejadian dan potensi air permukaan dan air tanah, dan mengidentifikasi penyebab dan dampak banjir serta usaha mengurangi resiko banjir. 2. Analisis Bahan Ajar Hidrosfer merupakan kajian geografi fisik yang mengkaji tentang proses siklus air, unsur-unsur yang membentuknya, bentuk-bentuk perairan yang dihasilkannya, serta dampaknya bagi kehidupan manusia (Supriyanto dan Kusmono, 2004:106). Secara umum pokok bahasan hidrosfer yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah atas terdiri dari materi tentang siklus hidrologi dengan unsur-unsur pembentuknya, jenis-jenis perairan seperti sungai, rawa, danau, dan daerah aliran sungai (DAS), air tanah dan dampaknya bagi kehidupan manusa. Proses siklus air merupakan proses alam yang terjadi dalam skala ruang yang luas. Proses ini mulai dari penguapan air laut mengalami kondensasi menjadi awan kemudian mengalami perpindahan oleh angin dan pada waktu tertentu menjadi titik-titik hujan yang jatuh kembali ke laut ataupun daratan. Aliran air di daratan membentuk berbagai bentang alam. Air yang mengalir melalui alur daratan membentuk sungai, rawa serta danau dengan beraneka ragam bentuk. Air yang masuk ke dalam tanah membentuk lapisan-lapisan air di dalam tanah. Pada akhirnya aliran air tersebut kembali lagi ke laut dan mengalami proses siklus kembali (Iskandar, 2004:184). Dalam menjelaskan proses siklus tersebut seorang guru tidak cukup menjelaskan secara lisan saja. Siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami proses jalannya siklus hidrologi jika hanya dengan membayangkannya saja bahkan akan lebih parah jika siswa memiliki daya imajinasi yang kurang baik sehingga diperlukan contoh simulasi proses yang dapat berupa gambar, tayangan film, ataupun animasi. Demikian pula berbagai jenis perairan terbagi menjadi bentuk perairan yang antara lain sungai, danau, dan rawa. Masing-masing bentuk perairan tersebut dikaji mulai dari proses terbentuknya, jenis dan klasifikasinya sampai pada dampaknya bagi kehidupan manusia. Materi tersebut juga tidak cukup dipahami dengan hanya menjelaskan secara lisan saja. Namun memerlukan penjelasan yang lebih baik yaitu dengan menunjukkan prosesnya secara langsung kepada siswa. Karena itu, peran media sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran tersebut. Melalui media, dapat ditunjukkan simulasi proses dari terbentuknya masing-masing bentuk perairan beserta dengan contohnya. Air tanah merupakan materi yang juga melibatkan proses fisik alam, yaitu proses masuknya air dari daratan menuju ke lapisan tanah dan membentuk air tanah. Materi ini juga memerlukan simulasi proses untuk dapat menjelaskan materi kepada siswa, yaitu dengan media. Dengan media ini, dapat ditunjukkan berbagai asal air tanah, dan bagaimana proses terbentuknya air tanah. Berdasarkan analisa tersebut, dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran untuk materi hidrosfer sangat memerlukan media. Media ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana proses siklus hidrologi terjadi, bagaimana terbentuknya berbagai jenis sungai, rawa, danau, maupun proses terbentuknya air tanah. Kemudian dapat menunjukkan contoh sebenarnya dari kenampakan masing-masing objek, serta dapat menampilkan contoh manfaat dan dampaknya terhadap kehidupan manusia sehingga siswa dapat dengan mudah menguasai materi yang disampaikan. 3. Analisis Kebutuhan Siswa Ditingkat sekolah menengah atas (SMA), siswa telah mengalami perkembangan dimana mereka mampu menggambarkan hal-hal yang abstrak ke dalam bentuk yang konkrit ataupun sebaliknya. Dengan membaca buku ataupun mendengarkan penjelasan guru, siswa relatif dapat memahami berbagai proses-proses alam yang dipelajari pada materi hidrosfer. Tetapi tidak semua siswa dapat memahami materi dan tidak semua materi tersebut dapat dipahami siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik individu yang berbeda baik dalam kemampuan kognitif, kecakapan bahasa, latar belakang, bakat, dan kesiapan belajar yang seluruhnya dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Hal tersebut menyebabkan siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami materi. Siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi akan cenderung lebih mudah untuk menguasai materi, mereka mudah untuk menafsirkan hal-hal yang abstrak ke bentuk yang konkrit ataupun sebaliknya. Hal tersebut terjadi sebaliknya pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif rendah yang cenderung memerlukan waktu yang lama untuk memahami suatu konsep materi, apalagi pada konsep yang abstrak. Oleh karena itu, kebutuhan siswa terhadap materi tertentu akan berbeda dengan kebutuhan siswa lainnya. Secara umum kebutuhan siswa SMA kelas X terhadap materi hidrosfer, yaitu: (1) siswa dapat mengidentifikasi proses-proses pembentuk siklus hidrologi, (2) siswa dapat mengidentifikasi berbagai jenis perairan beserta proses terbentuknya, (3) siswa dapat mendeskripsikan Daerah Aliran Sungai (DAS), (4) siswa dapat mendeskripsikan kejadian dan potensi air, dan (5) siswa dapat mengidentifikasi penyebab dan dampak banjir bagi kehidupan manusia. Berdasarkan materi tersebut, tidak semua materi dapat dipahami siswa dengan hanya membaca buku ataupun mendengarkan penjelasan guru. Terdapat materi yang memerlukan sarana yang dapat menvisualisasikan konsep abstrak ke dalam bentuk yang konkrit. Proses-proses alam seperti proses siklus hidrologi, pembentukan danau tektonik, volkanotektonik, sungai anteseden, sungai konsekuen merupakan konsep abstrak. Siswa memerlukan waktu dalam memahami dan membayangkan bagaimana proses tersebut terjadi, bahkan siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, siswa membutuhkan media yang dapat menampilkan proses-proses alam baik dalam bentuk animasi, gambar ataupun video sehingga membantu mereka dalam memahami proses-proses tersebut. Disamping itu, materi hidrosfer terdapat banyak istilah tentang suatu objek, seperti: sungai, danau, rawa, DAS. Nama-nama tersebut merupakan konsep yang masih abstrak karena hanya berupa istilah saja. Padahal objek-objek alam tersebut merupakan konsep konkrit, karena dapat dilihat. Pada kenyataannya siswa dituntut untuk mendefinisikan nama-nama objek tersebut. Padahal sebenarnya, konsep-konsep konkrit di dalam pembelajaran tidak boleh didefinisikan. Semakin konsep tersebut didefinisikan, maka akan semakin kurang lengkap pengertian yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk memahami istilah-istilah tersebut, siswa membutuhkan media yang berupa gambar, seperti: gambar sungai, danau, rawa, dan DAS, sehingga dengan melihat secara langsung gambar tersebut, siswa akan mampu mengenali dan memahami dengan apa yang dinamakan sungai, danau, rawa, ataupun DAS. 4. Desain Media Persiapan merupakan langkah awal dalam proses pembuatan media. Kegiatan ini terdiri dari menentukan proses-proses hidrosfer yang dianimasikan, mengumpulkan data (gambar, objek, suara, dan video), dan membuat story board. Kegiatan pertama adalah menentukan materi yang dianimasikan. Berdasarkan analisa materi, diperoleh beberapa materi yang memerlukan penjelasan secara detail, maksudnya adalah menjelaskan materi dengan menunjukkan contoh sebenarnya. Contohnya tentang proses siklus hidrologi, maka untuk menjelasakan materi tersebut memerlukan contoh langsung tentang bagaimana siklus hidrologi tersebut berjalan. Demikian pula tentang proses terbentuknya danau tektonik ataupun danau volkanik, maka tidak cukup menjelaskan secara lisan saja. Akan tetapi memerlukan simulasi proses yang menjelaskan bagaimana danau tersebut terbentuk sehingga materi-materi tersebut perlu dibuat animasi yang menunjukkan bagaimana proses-proses tersebut terjadi. Berikut ini materi yang akan dibuat animasi dalam media ini, yaitu: (1) proses siklus air yang terdiri dari siklus pendek, sedang, dan panjang beserta peta daerahnya; (2) proses terjadinya jenis-jenis sungai seperti jenis sungai berdasarkan pola aliran, sumber air, arah aliran, struktur geologi, dan bagian-bagian sungai; (3) proses terjadinya danau yang terdiri dari danau tektonik, tektonovolkanik, vulkanik, karst, erosi, tapal kuda, dan danau bendungan; (4) air tanah; dan (5) daerah aliran sungai (DAS). Kegiatan kedua adalah mengumpulkan data yang dibutuhkan. Data yang dikumpulkan, diperoleh dari pengambilan secara langsung maupun tidak langsung. Data diperoleh secara langsung dengan cara mengambil langsung di lapangan dengan menggunakan alat, seperti: kamera dan handycam. Sedangkan pengumpulan data tidak langsung, diperoleh dari berbagai media, seperti: buku, majalah, VCD, dan internet. Gambar yang akan dikumpulkan adalah gambar objek seperti gambar berbagai jenis sungai, danau, rawa, DAS, dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia. Teks merupakan kajian teori yang dibuat menjadi lebih ringkas sebagai penjelas setiap gambar atau animasi yang akan ditampilkan. Suara yang dikumpulkan adalah jenis instrumen musik yang digunakan sebagai musik pengiring media dimana musik ini bertujuan agar media menjadi lebih menarik. Sedangkan video ini dikhususkan untuk penjelasan pada materi tertentu seperti contoh manfaat sungai, danau, dan contoh peristiwa banjir dan dampaknya bagi kehidupan Kegiatan ketiga adalah membuat story board. Story board adalah rancangan atau desain yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan media. Dalam story board ini dibuat rancangan bagaimana lay out tampilan yang akan dibuat, penempatan gambar dan animasi yang didesain dengan semenarik mungkin. 5. Produksi Setelah data yang berupa gambar, teks, video dan suara terkumpul, tahap selanjutnya adalah memproduksi media yang terdiri dari kegiatan membuat animasi proses-proses hidrosfer, membuat animasi teks, video, memilih musik, background. Kemudian mengintegrasikan data-data tersebut ke dalam bentuk satu media . Proses produksi ini didasarkan pada story board yang telah dibuat sebelumnya. Untuk mengintegrasikan data-data tersebut, peneliti menggunakan program software macromedia flash professional 8 yang merupakan program software untuk membuat animasi dan mengintegrasikan teks, gambar, suara, video, dan animasi menjadi satu media pembelajaran. 6. Editing Editing dilakukan setelah proses produksi dilakukan. Pada tahap ini dilakukan pengoreksian dan perbaikan terhadap hasil produksi. Pengoreksian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian produk dengan story board dan mengetahui kesesuain teks, gambar maupun animasi terhadap konsep teori yang ada. Kemudian berbagai kesalahan-kesalahan tersebut dilakukan perbaikan sehingga sampai dihasilkan produk setengah jadi. 7. Prototipe Media Prototipe media merupakan produk berupa CD pembelajaran setengah jadi yang telah dibackup dari hard disk dan belum divalidasi oleh subjek validasi. Selanjutnya prototipe media ini akan diteliti kembali melalui proses validasi dan uji coba produk. Jika dalam proses tersebut ditemukan kesalahan maka akan dilakukan perbaikan sampai diperoleh hasil yang sempurna. 8. Validasi Produk Validasi produk dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan produk. Validasi hasil produk dilakukan oleh 2 subjek validasi yang terdiri dari seorang ahli media dan seorang ahli materi. Ahli media yaitu orang yang memiliki pengalaman dalam bidang media pembelajaran dengan latar belakang pendidikan minimal S2 dan memiliki pengalaman dalam mengembangkan media pembelajaran. Secara khusus, kriteria yang harus dimiliki oleh ahli media dalam pengembangan ini adalah: (1) mengenal fitur-fitur pembuatan objek; (2) mengetahui prinsip-prinsip animasi seperti paham tentang frame by frame, motion guide, motion tween, animasi suara, cara menggambar, dan peta interaktif; dan (3) mengenal tombol-tombol interaktif baik jenis maupun modelnya. Ahli materi yaitu orang yang memiliki pengalaman dalam bidang geografi dengan memiliki latar belakang minimal pendidikan S1 geografi dan memiliki pengalaman mengajar geografi selama sepuluh tahun, khususnya mengajar bidang hidrologi. Apabila pada tahap validasi pertama belum mencapai tingkat kevalidan yang diharapkan, maka dilakukan revisi. Revisi ini merupakan kegiatan penyempurnaan hasil produk. Revisi tersebut dilakukan apabila nilai validasi diperoleh kurang dari 80%. Setelah dilakukan revisi maka dilakukan validasi yang kedua sampai diperoleh nilai kevalidan lebih dari 80%. Setelah dilakukan validasi dan uji coba produk, akan diperoleh data yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh tingkat kevalidan dan kelayakan produk. Berikut ini diuraikan jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknis analisis data. a) Jenis Data Data yang digunakan dalam pengembangan media pembelajaran ini adalah data kuantitatif yang selanjutnya dideskripsikan dengan teknik deskriptif kualitatif persentase dengan menggunakan kriteria penilaian. Aspek indikator dan kriteria penilaian terdapat dalam tabel untuk masing-masing subjek validasi, yaitu: ahli media, dan ahli materi. Sedangkan subjek uji coba, yaitu siswa SMA kelas X. b) Instrumen Pengumpulan Data Agar penilaian dari responden terarah dan tidak keluar dari produk, maka instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dalam pengembangan media pembelajaran ini adalah instrumen berbentuk angket tertutup. Angket yang digunakan adalah angket berbentuk chek list dan berisi pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi dari subyek validasi maupun subyek ujicoba. c) Teknik analisis data Data yang akan dianalisa dalam penelitian ini terdiri dari 2 data, yaitu data dari subyek validasi dan data dari subyek uji coba. Data yang didapat dari subjek validasi akan diolah menggunakan teknik deskriptif presentase dengan cara mengubah data kuantitatif menjadi bentuk presentase. Data selanjutnya akan diinterpretasikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Rumus yang digunakan untuk pengolahan data dari subjek validasi adalah rumus pengolahan data persilangan item dan rumus pengolahan data keseluruhan: Rumus yang digunakan untuk mengolah data persilangan item: Rumus yang digunakan untuk pengolahan data keseluruhan: Keterangan: P = Persentase x = Jumlah skor jawaban responden dalam satu item xi = Jumlah skor ideal dalam satu item ∑x = Total jumlah skor jawaban responden ∑xi = Total jumlah skor ideal 100 = Konstanta Penetapan kesimpulan yang telah tercapai didasarkan pada kriteria penilaian data persentase seperti pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Data Persentase untuk Validasi Produk No Skor (%) Kesimpulan dan Tidak Lanjut 1 80 - 100 Valid/Tidak Revisi 2 65 - 80 Cukup Valid/ Revisi (validasi ulang) 3 < 65 Tidak Valid/Revisi (validasi ulang) (Sumber Sulton, 2005 dengan revisi) Apabila hasil yang diperoleh mencapai skor 80% ke atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini sudah memenuhi kriteria valid sehingga dapat dilakukan tahap berikutnya, yaitu tahap uji coba. Pengolahan data dari subjek uji coba pada umumnya sama dengan pengolahan data dari subyek validasi, yaitu teknik deskriptif presentase dengan cara mengubah data kuantitatif menjadi bentuk presentase yang selanjutnya akan diinterpretasikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Rumus yang digunakan untuk mengolah data persilangan item: Rumus yang digunakan untuk pengolahan data keseluruhan: Keterangan: P = Persentase x = Jumlah skor jawaban responden dalam satu item xi = Jumlah skor ideal dalam satu item ∑x = Total jumlah skor jawaban responden ∑xi = Total jumlah skor ideal 100 = Konstanta Penetapan kesimpulan yang telah tercapai didasarkan pada kriteria penilaian data persentase seperti pada tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Data Persentase untuk Uji Coba Produk No Skor (%) Kesimpulan dan Tidak Lanjut 1 80 - 100 Layak/Tidak Revisi 2 65 - 80 Cukup Layak/Revisi (uji coba ulang) 3 < 65 Tidak Layak/Revisi (uji coba ulang) (Sumber: Sulton, 2005 dengan revisi) Apabila hasil yang diperoleh mencapai skor 80% ke atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini sudah memenuhi kriteria layak sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. 9. Uji Coba Produk Tahap ini dilakukan setelah produk sukses melalui tahap validasi. Tahap ini bertujuan untuk menguji kelayakan produk di lapangan sebenarnya. Pada uji coba ini tidak menggunakan ahli materi ataupun ahli media, akan tetapi menggunakan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) sebagai responden. Peneliti memilih SMAN 8 Malang sebagai lokasi dalam melakukan ujicoba produk. Pemilihan sekolah ini didasari oleh sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Malang dan telah menerapkan teknologi informasi (IT) di dalam proses pembelajarannya. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak siswa dua kelas yang dianggap telah mewakili populasi siswa. Peneliti memilih kelas XI sebagai subyek uji coba. Pemilihan tersebut dikarenakan siswa kelas X masih belum mendapatkan materi hidrosfer pada semester pertama. Sedangkan siswa kelas XI telah memperoleh materi ketika di kelas X sehingga nantinya diharapkan dapat melakukan penilaian kelayakan produk lebih baik dan dapat membandingkan kemudahan memahami materi hidrosfer dengan menggunakan produk ini dengan tanpa menggunakan produk. Apabila pada tahap ujicoba pertama belum mencapai tingkat kelayakan yang diharapkan, maka dilakukan revisi. Revisi tersebut dilakukan apabila nilai kelayakan produk diperoleh kurang dari 80%. Setelah dilakukan revisi maka dilakukan uji coba yang kedua dengan subyek uji coba yang sama sampai diperoleh nilai kelayakan lebih dari 80%. 10. Produk Akhir Tahap akhir adalah kegiatan pengemasan hasil produk, pemberian cover, dan penyusunan petunjuk penggunaan. Tahap akhir dilakukan setelah produk hasil pengembangan sudah diwujudkan dalam bentuk produk akhir yang berupa CD Pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan data uji coba produk. Terdiri dari data hasil validasi dan data hasil uji coba produk. Subjek validasi produk menggunakan dua ahli, yaitu ahli media dan ahli materi. Sedangkan subjek uji coba menggunakan siswa kelas XI SMAN 8 Malang pada tanggal 29 April 2008. Berdasarkan tabel data hasil validasi ahli media (lihat lampiran 1), diketahui distribusi frekuensi skor hasil validasi ahli media sebagaimana tabel berikut. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Validasi Ahli Media Skor Frekuensi Persentase (%) 1 0 0% 2 0 0% 3 15 100% Pada tabel 4.1 diketahui bahwa skor yang memiliki frekuensi tinggi adalah skor 3 yang mencapai 100%. Sedangkan skor yang memiliki frekuensi terendah adalah skor 1 dan skor 2 dengan persentase 0%. Berdasarkan tabel analisis data ahli media berdasarkan kriteria kevalidan (lihat lampiran 2), diketahui bahwa item pertanyaan yang berklasifikasi valid/tidak revisi sebanyak 15 item, item yang berklasifikasi cukup valid/revisi sebanyak 0 item, dan item yang berklasifikasi tidak valid/revisi sebanyak 0 item. Secara keseluruhan, hasil validasi ahli media memiliki skor 45 dengan tingkat kevalidan 100%, sehingga berdasarkan kriteria penilaian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran tersebut valid/tidak revisi. Oleh karena itu, tidak dilakukan validasi ulang dari ahli media. Sedangkan pada tahap validasi ahli materi (lihat lampiran 1), diketahui distribusi frekuensi skor hasil validasi ahli materi sebagaimana tabel berikut. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Validasi Ahli Materi Skor Frekuensi Persentase (%) 1 0 0% 2 3 23% 3 10 77% Pada tabel 4.2 diketahui bahwa skor yang memiliki frekuensi tinggi adalah skor 3 yang mencapai nilai 77%. Sedangkan skor yang memiliki frekuensi terendah adalah skor 1 dengan persentase 0%. Berdasarkan tabel analisis data ahli materi berdasarkan kriteria kevalidan (lihat lampiran 2), diketahui bahwa item pertanyaan yang berklasifikasi valid/tidak revisi sebanyak 13 item, item yang berklasifikasi cukup valid/revisi sebanyak 0 item, dan item yang berklasifikasi tidak valid/revisi sebanyak 0 item. Secara keseluruhan, hasil validasi ahli media memiliki skor 36 dengan tingkat kevalidan 92%, sehingga berdasarkan kriteria penilaian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran tersebut valid/tidak revisi. Oleh karena itu, tidak dilakukan validasi ulang dari ahli materi, tetapi perlu dilakukan tindak lanjut yaitu perbaikan pada item yang masih terdapat kekurangan. Setelah dilakukan dari proses validasi dari ahli media dan ahli materi disimpulkan bahwa produk tersebut valid, maka dilakukan proses uji coba yaitu pada siswa SMAN 8 Malang kelas XI dan didapatkan data hasil uji coba (lihat lampiran 1) dengan distribusi frekuensi skor hasil uji coba produk sebagaimana tabel berikut. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Data Hasil Uji Coba Skor Frekuensi Persentase (%) 1 18 3% 2 241 37% 3 385 60% Pada tabel 4.3 diketahui bahwa skor yang memiliki frekuensi tinggi adalah skor 3 yang mencapai nilai 60%. Sedangkan skor yang memiliki frekuensi terendah adalah skor 1 dengan persentase 3%. Berdasarkan tabel analisis data ui coba berdasarkan kriteria kevalidan (lihat lampiran 2), diketahui bahwa item pertanyaan yang berklasifikasi layak/tidak revisi sebanyak 14 item, item yang berklasifikasi cukup layak /revisi sebanyak 0 item, dan item yang berklasifikasi tidak layak /revisi sebanyak 0 item. Secara keseluruhan, hasil validasi ahli media memiliki skor 1655 dengan tingkat kevalidan 86%, sehingga berdasarkan kriteria penilaian dapat disimpulkan bahwa produk tersebut layak sebagai media pembelajaran dan tidak perlu dilakukan revisi, tetapi perlu dilakukan perbaikan pada produk yang masih terdapat kekurangan berdasarkan saran-saran yang ada. Setelah dilakukan perbaikan terhadap produk maka diperoleh hasil akhir berupa media pembelajaran dalam bentuk CD (compact disk) untuk pokok bahasan hidrosfer yang valid dan layak digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Produk ini dibuat dengan menggunakan komputer dengan memanfaatkan software macromedia flash professional 8. Selanjutnya produk akan dilengkapi dengan cover dan tempat CD yang juga dilengkapi dengan cover. Produk dapat menampilkan teks, audio, gambar, animasi, dan video yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan media yang dapat menampilkan teori dengan menunjukan contoh secara langsung. Produk dapat digunakan dengan mengaplikasikan komputer yang dilengkapi CD Room. Produk berisi delapan sub materi hidrosfer yang terdiri dari: (1) siklus, (2) sungai, (3) danau, (4) rawa, 5) Daerah Aliran Sungai (DAS), (6) air tanah, (7) banjir, dan (8) potensi air. Sub materi siklus, sungai, danau, DAS, dan air tanah ditampilkan dengan animasi yang didukung oleh gambar objek sebenarnya, teks teori, dan video untuk pemanfaatannya. Hal ini karena kelima sub materi tersebut terdapat proses-proses fisik alam yang memerlukan contoh proses yang dapat ditampilkan langsung kepada siswa. Sub materi banjir ditampilkan dengan teks dan video yang menjelaskan banjir serta dampaknya bagi kehidupan manusia. Sedangkan sub materi potensi air ditampilkan dengan teks dan grafik tentang persediaan air di dunia dan di Indonesia. Produk dapat digunakan pada komputer yang dilengkapi fasilitas CD-Room melalui tampilan monitor komputer maupun dengan fasilitas tambahan lain, seperti penggunaan LCD untuk menampilkan hasil yang lebih besar. Seiring perkembangan teknologi, yaitu munculnya flasdisk yang memiliki memori yang besar memungkinkan produk tidak hanya dapat disimpan dalam bentuk CD, tetapi dapat disimpan dalam flash disk yang dapat digunakan pada komputer yang dilengkapi fasilitas USB. KESIMPULAN Produk yang telah direvisi menjadi produk jadi yang berupa CD pembelajaran secara langsung dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk materi hidrosfer. Produk tersebut dapat menampilkan teks, audio, gambar, animasi, dan video secara langsung. Materi yang memerlukan penjelasan secara detail seperti proses siklus air, terbentuknya bermacam-macam sungai dan danau dapat ditampilkan melalui animasi. Sedangkan contoh obyek nyata dan pemanfaatannya dapat ditampilkan dengan video. Teks untuk medeskripsikan gambar, video, dan animasi. Di dalam pembelajaran di kelas, guru dapat menggunakan produk ini untuk menjelaskan materi kepada siswa. Berbagai kesulitan guru dalam menjelaskan proses fisik alam dapat diatasi dengan produk ini. Disamping itu, siswa juga dapat menggunakan produk ini secara mandiri. Produk ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 1) Produk dapat dioperasikan pada komputer dengan ukuran dan tingkat resolusi berapapun, karena produk dibuat dengan teknologi vector graphics yang mendeskripsikan gambar memakai garis dan kurva, sehingga ukurannya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan tanpa mengurangi atau mempengaruhi kualitas dari gambar tersebut. 2) Penggunaan waktu dalam memanfaatkan produk dapat ditentukan oleh pengguna, sehingga tidak seperti media dalam bentuk video yang dalam penggunaannya mengikuti alur video, sehingga waktu yang dibutuhkan tergantung lamanya video dapat diputar. Oleh karena itu, pengguna dapat menggunakan produk ini dalam waktu yang singkat ataupun waktu yang lama tergantung keinginan pengguna. 3) Pengguna produk dapat memilih sub materi sesuai dengan yang diinginkannya. Ini karena produk dilengkapi dengan tombol navigasi untuk masuk ke sub materi atau kembali ke sub sebelumnya sesuai dengan yang diinginkannya. 4) Produk dilengkapi dengan musik. Untuk setiap perubahan sub materi, instrumen musik yang ditampilkan akan berbeda sehingga tidak membosankan bagi pengguna. Disamping memiliki kelebihan, produk juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1) Untuk dapat menjalankan produk ini dibutuhkan seperangkat komputer. Padahal tidak semua sekolah menyediakan alat tersebut, sehingga penggunaannya terbatas pada sekolah-sekolah yang menyediakan perlengkapan tersebut. 2) Guru yang akan menggunakan media ini dituntut dapat mengoperasikan komputer, padahal tidak semua guru dapat mengoperasikan komputer sehingga penggunaannya terbatas bagi guru yang dapat mengoperasikan komputer. 3) Media ini membutuhkan LCD dan proyektor dalam penggunaannya karena media ini sangat baik apabila dalam penggunaannya didukung dengan LCD dan layar proyektor sehingga tampilan akan menjadi lebih besar dan menarik. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Degeng, I Nyoman S. 1999. Media Pembelajaran. Pelatihan Tenaga Pengajar. Malang: Universitas Negeri Malang Febriyanti, Eva. 2006. Penerapan Compact Disk Ganeca Multimedia untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X di SMAN Negeri 1 Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Harjono, A P. 2005. Pengembangan Media CD Pembelajaran Interaktif Multimedia Berbasis Komputer untuk Topik Laut & Pesisir dan Pemanfaatannya Bagi Aktivitas Manusia. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Geografi FMIPA UM Heinich, Robert dkk. 1982. Instructional Media and The Technologies of instruction. New York: John Wiley & Sons Latuheru, John. 1988. Media Pembelajaran: Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: P2LPTK. Lavie & Lentz.1982. Teaching and Media. Englwood Cliffs: Prentice hall, Inc Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Muslihati. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Rijal. 2003. Pengaruh Media gambar Kartun Terhadap Sikap, Minat, dan Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa di SMUN 1 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Fisika FMIPA UM Sadiman, Arif. 1986. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Saukah, Ali, Sukarnyana, & Guntur. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press Setyosari, Punaji dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas Subiyanto. 1997. Penggunaan Media Gambar Kartun untuk Pengajaran Fisika bagi Murid SMU Kelas I di SMA Batu. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Fisika FMIPAUM Sudjana & Rivai. 1991. Media Pembelajaran (Pembuatannya dan Penggunaannya). Bandung: Rusdakarya Sulton, M. 2005. Pengembangan Multimedia Pembelajaran untuk Mata Pelajaran Geografi SMU Kelas 1 untuk Topik Hidrosfer. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Geografi FMIPA UM Sumarmi, 2007. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Jurusan Geografi FMIPA UM Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi