PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL DUA TINGGAL DUA TAMU UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X-1 SEMESTER I SMA WAHID HASYIM MALANG

Main Author: Ahmad Azhar, dkk
Format: PeerReviewed eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UM , 2009
Online Access: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/pkm/article/view/2106
Daftar Isi:
  • RINGKASAN LAPORAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL DUA TINGGAL DUA TAMU UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X-1 SEMESTER I SMA WAHID HASYIM MALANG BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN Oleh: Ahmad Azhar (105321479012/2005) Cahyono (105321481157/2005) Diaur Rahman (105321479003/2005) UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG 2008 ABSTRAK Agustina, Lya Bhektia. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinggal Dua Tamu untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-1 Semester I SMA Wahid Hasyim Malang. Skripsi, Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Purbo Suwasono, M.Si, (II) Drs. Asim, M.Pd Kata kunci : model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu, proses belajar, hasil belajar Berdasarkan observasi awal yang kami lakukan di SMA Wahid Hasyim Malang, diketahui bahwa hasil belajar siswa X-1 masih relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas X-1 untuk mata pelajaran Fisika sebesar 43,83. Hasil belajar yang rendah ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok kecil, dan tanya jawab. Metode-metode ini membentuk siswa menjadi pasif dan tidak memberikan cukup ruang pada siswa untuk berkreativitas. Siswa juga kurang semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada saat proses belajar mengajar siswa tampak bosan, mengantuk, sering tidak memperhatikan penjelasan guru, dan siswa cenderung santai dalam diskusi kelompok karena kurangnya tanggung jawab individu yang dimilikinya. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk lebih dapat mengaktifkan siswa salah satunya adalah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu atau TSTS (Two Stay Two Stray). Model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk saling bekerja sama dalam membelajarkan satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui peningkatan proses belajar siswa kelas X-1 SMA Wahid Hasyim Malang, 2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X-1SMA Wahid Hasyim Malang. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian tindakan kelas peneliti terlibat langsung dalam seluruh proses penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan data. Kegiatan pembelajaran terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengambilan data dilaksanakan dengan observasi, tes tulis, dan angket. Penelitian dilaksanakan di kelas X-1 SMA Wahid Hasyim Malang dengan jumlah siswa 24 orang, pada materi pokok Tata Surya. Proses pembelajaran yang digunakan meliputi kegiatan persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas, dan evaluasi. Temuan penelitian dalam siklus I dan siklus II adalah (a) langkah pembelajaran pada siklus I mencapai prosentase 72,46% dan pada siklus II adalah 87,15%, (b) proses belajar siswa mengalami peningkatan, dilihat dari persentase ketercapaian aktivitas belajar siswa pada siklus I untuk tolok ukur B (baik) mencapai 14.17% meningkat menjadi 53.33% pada siklus II, (c) hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada aspek kognitif dan aspek afektif. Peningkatan aspek kognitif dilihat dari nilai rata-rata pre-test dan post-test yaitu sebesar 28,17 dan 42,50 pada siklus I sedangkan pada siklus II adalah 39,67 dan 56,75, dari nilai rata-rata LKS diperoleh sebesar 75.83% pada siklus I dan 89.84% pada siklus II. Nilai rata-rata aspek afektif siswa juga meningkat dari siklus I dan II yaitu sebesar 73.23% dan 79.58%. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan beberapa hal sebagai berikut. Pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu baik untuk diterapkan karena disamping mengandalkan kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan temannya dalam membantu menguasai materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu juga membantu siswa untuk memiliki beberapa keterampilan sosial seperti bekerjasama, berbagi tugas, mendengarkan pendapat orang lain, menghargai pendapat orang lain, kemampuan bertanya dan lain-lain yang sangat jarang diberikan dalam penerapan pembelajaran tradisional. Hendaknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk model Dua Tinggal Dua Tamu dengan materi pelajaran yang berbeda serupa dengan materi yang telah diambil penulis, juga dalam pembelajaran model dua tinggal dua tamu ini guru perlu merencanakan waktu pembelajaran dengan tepat agar proses pembelajaran fisika berjalan efektif dan efisien. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan Ilmu Pengetahuan Alam (sains) dapat berkembang dengan pesat. Perkembangan sains yang begitu pesat menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep sains yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan sains, kreativitas dan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan. Guru dituntut untuk menguasai kompetensi dasar. Hal ini lebih mengarah kepada bagaimana peran guru dalam proses pembalajaran. Fenomena ini menunjukkan bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar, kondisi siswa dan cara melakukan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Jadi, guru yang menguasai kompetensi dasar akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Peters (dalam Mulyasa 2004) mengemukakan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik bergantung pada kompetensi guru dan ketrampilan mengajarnya. Pendapat diperkuat oleh Tabu (dalam Mulyasa 2004) yang mengatakan bahwa keefektifan pembelajaran dipengaruhi karakteristik guru dan peserta didik, bahan pelajaran, serta aspek-aspek lain yang berkenaan dengan situasi pembelajaran. Adanya perubahan kurikulum yaitu dari kurikulum berbasis materi menjadi kurikulum berbasis kompetensi, secara otomatis system pembelajaran dan metode pembelajaran mengalami perubahan. Semula guru hanya menekankan pada tuntasnya suatu materi dan konsep atau pokok bahasan dan melupakan output. Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada output dengan metode pembelajaran yang bervariasi. Pemiliham metode pembalajaran sangat menentukan kualitas pengajaran dalam proses belajar mengajar. Menurut Supriyadi (1995:56), untuk mencapai tujuan pengajaran diperlukan penggunaan metode pembelajaran yang optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi, setiap mata pelajaran khususnya fisika harus diorganisasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan metode yang tepat pula. Metode pembelajaran yang membuat siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun sosial tanpa ada pembedaan kemauan antar siswa dan menanggapi berbagai permasalahan hendaknya terus dikembangkan dan diarahkan oleh guru dengan sedemikian rupa, sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif. Untuk itu peneliti mengambil judul "Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinggal Dua Tamu Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-1 Semester I SMAWahid Hasyim Malang". 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas X semester I SMA Wahid Hasyim Malang dalam penerapan pembelajaran kooperatif model TSTS? 2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa kelas X semester I SMA Wahid Hasyim Malang setelah penerapan pembelajaran kooperatif model TSTS ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1 Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa kelas X semester I SMA Wahid Hasyim Malang dalam penerapan pembelajaran kooperatif model TSTS 2. Mendeskripsikan hasil belajar fisika siswa kelas X semester I SMA Wahid Hasyim Malang setelah penerapan pembelajaran kooperatif model TSTS ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik 4. Luaran Penelitian Yang Diharapkan Luaran yang diharapkan setelah penelitian berakhir adalah berupa artikel yang membahas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif model dua tinggal dua tamu untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas X-1 SMA Wahid Hasyim Malang. 5. Kegunaan Program Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagi guru dapat dimanfaatkan sebagai salah satu model pembelajaran disekolah untuk meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa 2. Bagi siswa untuk mempermudah dalam memahami, mempelajari dan menerima materi pelajaran yang akan diberikan oleh guru. 3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang penerapan pembelajaran kooperatif model dua tinggal dua tamu untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Anita Lie (2002:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Slavin (dalam Rahayu, 1998:156) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai "Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for one another's learning as well as their own". Pembelajaran kooperatif menimbulkan siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Menurut Van der Kley (dalam Rahayu, 1998:163) "Peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1) Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas, 2) Membantu siswa bekerja secara berkelompok". "Peran siswa dalam pembelajaran kooperatif adalah dalam kelompok kerja siswa berperan sebagai murid dan guru" (Susanto, 1999:50). Para siswa diharapkan menjadi aktif , bertanggung jawab, kooperatif dan penuh kepedulian. Mereka bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keberhasilan kelompok. Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning (2002:54), mengemukakan beberapa teknik model pembelajaran kooperatif, antara lain: Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-berempat (Think-Pair-Share And Think-Pair-Square), Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor, Kepala Bernomor Terstruktur, Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), Keliling kelompok, Kancing Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu, jigsaw, dan Cerita Berpasangan. 2. Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinggal Dua Tamu Salah satu teknik atau model pembelajaran kooperatif adalah model Dua Tinggal Dua Tamu atau Two Stay Two Stray (TSTS). Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut. a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain. c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Persiapan Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, meyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu, siswa diberi pra tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. 2. Presentasi Guru Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 3. Kegiatan Kelompok Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 4. Formalisasi Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal. 3. Proses dan Hasil Belajar Fisika Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:18) "Proses belajar merupakan suatu hal yang dialami siswa yang merupakan respon terhadap segala kegiatan pembelajaran yang diprogramkan oleh guru". Dalam proses belajar, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Van der Kley (dalam Sunaryanto, 1998:165) ada beberapa cara menilai hasil belajar siswa dalam belajar kooperatif yaitu: a. Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok. b. Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif berakhir. c. Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan pemecahan materi tugas. d. Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok. III. METODE PENDEKATAN 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK terdiri dari dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap seperti yang dikemukakan Tim Penyusun PGSM (1997), yaitu: 1. Merencanakan 2. Melakukan tindakan 3. Mengamati 4. Merefleksi Adapun empat tahap yang dilakukan peneliti dalam setiap siklusnya adalah 1. Perencanaan Tindakan Guru menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penelitian diantaranya menentukan pokok bahasan yang menjadi tema diskusi, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), soal pretest dan posttest, lembar observasi siswa serta lembar penilaian aspek psikomoorik. 2. Pelaksanaan Tindakan Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berdasarkan rencana yang sudah dibuat. 3. Pengamatan (Observasi) Guru dibantu rekan penulis mengamati akivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi Setelah dilakukan observasi, data yang diperoleh diolah dan dianalisis sehingga diperoleh kekurangan atau masalah-masalah yang timbul dalam siklus I. Masalah ini dijadikan patokan untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa selaku subjek penelitian, guru mata pelajaran fisika, dan dokumentasi. Adapun data yang diperoleh dari sumber data tersebut yaitu: a. Siswa atau subjek penelitian. Data yang diperoleh dari siswa berupa lembar aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, nilai pra tes, nilai pasca tes, dan nilai LKS setiap siklus. b. Guru. Data yang diperoleh berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran yang berisi keterlaksanaan dan ketercapaian aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. c. Peristiwa proses belajar mengajar. Data yang diperoleh berupa aktivitas siswa dalam belajar, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung, angket persepsi siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif model TSTS berlangsung yang diberikan pada akhir pembelajaran siklus II d. Dokumentasi. Data yang diperoleh berupa nilai raport siswa pada semester sebelumnya dan foto-foto kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Instrumen Penelitian Instrumen observasi yang digunakan dalam penelitian yaitu: a. Lembar observasi siswa yang digunakan untuk mengamati aktivias siswa selama pembelajaran berlangsung b. Lembar observasi guru berisi tentang kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mengukur aspek afektif siswa c. Penilaian aspek kognitif yang diperoleh dari nilai test akhir siklus I dan siklus II berisi kumpulan soal dengan materi tata surya dan teori pembentukannya dalam pembelajaran kooperatif model TSTS. d. Angket untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran kooperatif model TSTS yang sudah diterapkan e. Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh peneliti yang terdiri dari 2 LKS dimana setiap siklus terdiri dari 1 LKS. LKS digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran model TSTS. f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setiap siklus terdiri dari 2 RPP. Penyusunan RPP ini bertujuan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif model TSTS. g. Lembar penilaian aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada aspek ketrampilan dan gerak siswa dalam pembelajaran kooperaif model TSTS. h. Dokumentasi digunakan sebagai informasi atau data pendukung untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model TSTS. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan persentase proses belajar kooperatif yang dicapai kelompok dari siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Peningkatan Persentase Proses Belajar Kooperatif yang Dicapai Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Siklus Peningkatan persentase rata-rata proses belajar kooperatif yang dicapai kelompok K C B I 3 14.17 2.83 II 0.67 8,67 10,67 Tabel 5.2 Perbandingan Persentase Aktivitas Belajar Siswa Antara Siklus I dan Siklus II No Aspek Tingkat % KI KII CI CII BI BII 1 Interaksi tatap muka 16.67 0 58.33 33.33 25.00 66.67 2 Tanggung jawab individu 12.50 0 66.67 41.67 20.83 58.33 3 Saling ketergantungan positif 8.33 0 79.17 50.00 12.50 50.00 4 Keterampilan berkomunikasi antar individu dalam kelompok 29.17 16.67 70.83 50.00 0 33.33 5 Evaluasi proses kelompok 8.33 0 79.17 41.67 12.50 58.33 Rata-rata 15 3.33 70.83 43.33 14.17 53.33 Keterangan: K1= Kurang siklus I C1= Cukup siklus I B1= Baik siklus I K2= Kurang siklus II C2= Cukup siklus II B2= Baik siklus II (Diadopsi dari Choliyana, 2006) Tabel 5.3 Nilai Pra Tes, Pasca Tes, dan LKS Siklus I dan II Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinggal Dua Tamu Siklus Nilai Pra Tes Nilai Pasca Tes Nilai LKS I 28.17 42.50 75.83 II 39.67 56.75 89.67 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu dengan lima tahapan yaitu persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, dan evaluasi kelompok, terjadi peningkatan proses belajar fisika dengan pokok bahasan Tata Surya siswa kelas X-1 SMA Wahid Hasyim Malang tahun ajaran 2006/ 2007 ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II untuk tingkat K sebesar 15% menjadi 3.33%, pada tingkat C sebesar 70.83% menjadi 43.33% dan pada tingkat B sebesar 14.17% menjadi 53.33%. 2. Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu dengan lima tahapan yaitu persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, dan evaluasi kelompok, terjadi peningkatan hasil belajar fisika pada aspek kognitif siswa dengan pokok bahasan Tata Surya siswa kelas X-1 SMA Wahid Hasyim Malang tahun ajaran 2006/ 2007 ditandai dengan tercapainya nilai gain score pada siklus I sebesar 0.2 dan pada siklus II sebesar 0.3 untuk nilai tes, dan ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata LKS siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 75.83% menjadi 89.84%. 3. Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu dengan lima tahapan yaitu persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, dan evaluasi kelompok, terjadi peningkatan hasil belajar fisika pada aspek afektif siswa dengan pokok bahasan Tata Surya siswa kelas X-1 SMA Wahid Hasyim Malang tahun ajaran 2006/ 2007 ditandai dengan meningkatnya aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung yaitu aktif mengajukan pendapat saat diskusi dan persentasi, lebih giat dalam mengerjakan LKS, menghargai pendapat teman, dan kerjasama yang terjalin sudah cukup baik. Berdasarkan angket yang disebarkan pada siswa setiap akhir siklus, nilai afektif rata-rata siswa pada siklus I sebesar 73.23% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 79.58%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran yang dapat meningkatkan penerapan pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu sebagai berikut. 1. Pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu baik digunakan sebagai alternatif pembelajaran karena mengandalkan kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan temannya dalam membantu menguasai materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif model Dua Tinggal Dua Tamu juga membantu siswa untuk memiliki beberapa keterampilan sosial seperti bekerjasama, berbagi tugas, mendengarkan pendapat orang lain, menghargai pendapat orang lain, kemampuan bertanya dan lain-lain yang sangat jarang diberikan dalam penerapan pembelajaran tradisional. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk model Dua Tinggal Dua Tamu dengan materi pelajaran lain mempunyai rumpun yang sama, untuk mengembangkan penerapan model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu khususnya dalam bidang fisika di SMA. 3. Hendaknya guru benar-benar dapat mengatur alokasi waktu yang tersedia, mengingat model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu membutuhkan waktu yang cukup lama (± 90 menit).