REPRESENTASI IDENTITAS KEINDONESIAAN DALAM FILM MERAH PUTIH
Main Authors: | Khizana, Sholakhiyyatul, Lukmantoro, Triyono, Ulfa, Nurrist Surayya, Widagdo, M Bayu |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro
, 2014
|
Online Access: |
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/5728 https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/5728/5511 |
Daftar Isi:
- Setiap negara memiliki identitas nasionalnya sendiri, salah satu ciri yang digunakan untuk mengenali negara tersebut. Hal ini menjadi rumit ketika negara tersebut memiliki beragam kebudayaan atau multikultur. Budaya mana yang kemudian akan diangkat untuk dijadikan sebuah identitas nasional. Umumnya sebuah identitas diangkat berdasarkan budaya mayoritas yang berada dalam sebuah negara, hal inilah yang kemudian membuat masyarakat luas menyalahartikan ‘Jawa’ sebagai identitas nasional. Merah Putih merupakan film yang merepresentasikan sebuah identitas keindonesiaan melalui pluralisme. Identitas nasional tidak lagi diangkat berdasarkan sebuah kebudayaan mayoritas namun semua kebudayaan yang mendiami wilayah Indonesia termasuk budaya minoritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi identitas keindonesiaan dalam film Merah Putih.Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis semiotika John Fiske ‘the codes of television’. Film ini diuraikan secara sintagmatik pada level realitas dan level representasi, sedangkan penguraian level ideologi menggunakan analisis secara paradigmatik.Merah Putih merepresentasikan pluralisme sebagai identitas nasional. Masing-masing karakter dalam film ini dengan baik merepresentasikan budaya asalnya, baik dengan tata cara berpakaian, bahasa yang digunakan, pola pikir,kebiasaan, ritual peribadatan dan sebagainya. Identitas asal yang disandang para karakter dalam film ini memungkinkan terbentuknya berbagai entosentrisme, prasangka, dan stereotip. Kesadaran akan identitas nasionallah yang kemudianmenyatukan berbagai perbedaan yang ada. Temuan yang menarik dalam penelitianini adalah, bagaimana identitas gender ikut terbawa dalam arus perselisihankebudayaan. Pada dasarnya lingkunganlah yang memposisikan kelas sosial laki-laki dan perempuan, dalam film perang berlatar tahun 1940-an ini maskulinitas tampak dijunjung tinggi dan peran perempuan terdiskriminasi. Pluralisme tidak berpengaruhpada kelas sosial ini karena dalam film ini baik budaya mayoritas maupun minoritas memiliki pandangan yang sama terhadap posisi laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat.Kata kunci : film, identitas nasional, pluralisme