Daftar Isi:
  • Pada tahun 2018, Vietnam ditetapkan sebagai negara peringkat 1 se-Asia Tenggara yang memiliki tingkat bride trafficking tertinggi. Masih pada tahun yang sama, Vietnam juga masuk ke deretan 10 besar negara di dunia yang penduduk perempuannya banyak terlibat dalam aktivitas bride trafficking. Mayoritas bride Vietnam dikirim ke Tiongkok untuk dinikahkan dengan laki-laki disana. Padahal di sisi lain, pemerintah Vietnam sejatinya telah melakukan berbagai upaya progresif untuk menyelesaikan permasalahan bride trafficking. Pemerintah membuat aturan hukum nasional mengenai anti-perdagangan perempuan, membentuk perjanjian dengan negara-negara lain di level subregional, regional, maupun internasional, bekerja sama dengan komunitas lokal, dan menguatkan sanksi hukum bagi pihak trafficker. Kontradiksi di atas pada akhirnya memunculkan sebuah pertanyaan yaitu mengapa tingkat bride trafficking Vietnam ke Tiongkok masih tinggi sampai dengan tahun 2018, meski pemerintah Vietnam telah melakukan langkah-langkah progresif untuk mengatasi masalah tersebut. Guna menjawab pertanyaan itu, penulis mengelaborasikan konsep globalisasi, transnational criminal organizations (TCOs), budaya patriarki, dan good governance. Kemudian, penulis mengumpulkan data-data yang bersumber dari buku, jurnal, tesis, serta electronic sources yakni artikel, dokumen resmi, dan berita. Penulis menemukan bahwa TCOs memiliki peran besar dalam melanggengkan aktivitas bride trafficking Vietnam ke Tiongkok. Di samping itu, penulis juga menjelaskan faktor-faktor lainnya yang melatarbelakangi tingginya tingkat bride trafficking Vietnam ke Tiongkok hingga tahun 2018 yakni “the power of patriarchal culture” di Vietnam dan ketidakmampuan negara dalam menerapkan good governance mengenai penanganan isu bride trafficking.