Daftar Isi:
  • Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya menjadi tempat singgahan bagi masyarakat dari berbagai penjuru daerah untuk mencari pekerjaan. Gencarnya urbanisasi menghasilkan bermacam kondisi sosial yang tak terhindarkan, sehingga muncul masalah sosial merujuk pada perilaku menyimpang, salah satunya prostitusi. Prostitusi layaknya barter antara kenikmatan hubungan seksual dengan uang sebagai suatu transaksi perdagangan. Mereka yang mengikuti prostitusi dituntut untuk tampil menarik secara fisik seperti yang terjadi pada Sales Promotion Girls (SPG). SPG wajib memiliki bentuk tubuh dan wajah yang sedap dipandang. Terlepas dari pekerjaan utama mereka, SPG nyatanya memiliki pekerjaan sampingan yakni sebagai pekerja seks dengan mengandalkan kemolekan yang dimiliki. Tak hanya seorang saja yang masuk dalam bisnis prostitusi tetapi ada pula yang berbentuk geng yang terdiri dari beberapa SPG dan memiliki seorang ketua yang mengatur tiap kegiatan anggotanya. Penelitian ini mengkaji geng SPG yang bekerja di bar dan mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pekerja seks. Proses pengumpulan data dengan mewawancarai lima anggota geng tersebut beserta salah satu kekasih anggota geng, salah satu pelanggan, dan pemilik bar yang nanti akan dirangkup dalam transkip dan di analisis. Menurut hasil penelitian, ada beberapa fokus permasalahan yang dibahas yakni, simbiosis mutualisme geng SPG yang bekerja sebagai pekerja seks, dan bagaimana geng SPG bar dan klub malam memilih masuk ke dalam bisnis prostitusi. Kedua fokus masalah tersebut akan menguak alasan yang melatar belakangi geng SPG yang menjerumuskan diri ke prostitusi dan proses keuntungan di dapat oleh pihak-pihak yang terlibat.