Daftar Isi:
  • Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana kritik sosial di representasikan dalam film Slank Nggak Ada Matinya. Kritik sosial berfungsi sebagai kontrol sosial. Kritik sosial digambarkan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi ditengah masyarakat. Untuk mengetahui bagaimana kritik sosial tersebut digambarkan dalam film Slank Nggak Ada Matinya, peneliti menggunakan metode semiotika milik Roland Barthes. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Peneliti juga menggunakan beberapa tinjauan pustaka Definisi Film dan Tipologi, Film sebagai Media Komunikasi Massa, Film Sebagai Media Representasi, Film sebagai Medium Penyampai Pesan dan Definisi Kritik Sosial. Untuk memudahkan penelitian, peneliti mengkategorikan kritik sosial menjadi lima batasan yakni kritik sosial atas reformasi, kritik sosial atas demokrasi, kritik sosial atas birokrasi, kritik sosial atas pemerintahan dan parlemen serta kritik sosial atas Political Satire. Dari hasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa dalam film Slank Nggak Ada Matinya terdapat banyak sekali kritik-kritik terhadap pemerintah maupun politisi yang disampaikan melalui karya seni yang berbentuk lagu maupun dialog antar tokoh (film). Hal tersebut dilakukan karena karya seni memiliki fungsi ganda. Selain sebagai media hiburan dan kontrol sosial, karya seni juga bisa dipakai untuk menyampaikan sebuah kritik yang tidak bisa disampaikan secara gamblang