Daftar Isi:
  • Dalam identifikasi forensik, penentuan afiliasi populasi merupakan bagian yang sangat penting untuk identifikasi selanjutnya, seperti jenis kelamin, usia, serta postur dari sisa rangka individu. Estimasi populasi dapat dilakukan dengan melakukan analisis metris pada tengkorak, mengingat tengkorak merupakan komponen tubuh yang perkembangannya dapat dipengaruhi oleh lingkungan geografis. Studi ini bertujuan untuk menganalisis variasi ukuran dan bentuk kranium antara populasi Indonesia dan Thailand. Data metris dihimpun secara tradisonal, yakni menggunakan kaliper lengkung dan kaliper geser pada 9 titik kraniometris. Data yang terhimpun dianalisis menggunakan uji beda Kolmogorov- Smirnov 2 Sampel dengan bantuan SPSS versi 25 untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada dua kelompok sampel. Dari hasil analisis tersebut, perbedaan yang signifikan antara kranium Indonesia dan Thailand diamati pada 66,67% variabel dalam kategori laki-laki serta 55,55% variabel dalam kategori perempuan, dengan rata-rata lebih besar pada populasi Thailand Utara. Variasi ini diketahui muncul sebagai mekanisme adaptasi terhadap lingkungan yang lebih dingin. Metode analisis yang sama juga dilakukan terhadap kranium laki-laki dan perempuan dari tiap-tiap populasi. Kedua populasi tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebesar 77% dari semua variabel yang diukur. Berdasarkan penelitian ini, dimorfisme seksual tidak ditemukan pada variabel aptapt, n-pr, dan ft-ft. Pada indeks cephalicus, kategori brachykran lebih umum diamati pada sampel Indonesia, sedangkan sampel Thailand lebih banyak memiliki kranium dalam kategori hyperbrachykran. Kategori stenometop dalam indeks frontoparietal transversal mendominasi semua kelompok sampel. Indeks nasal pada kelompok sampel laki-laki Indonesia, perempuan Indonesia, dan perempuan Thailand didominasi oleh kategori chamaerrhin, sedangkan laki-laki Thailand didominasi kategori mesorrhin.