Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi sibling relationship dengan psychological well-being remaja akhir yang memiliki saudara kandung penyandang tunarungu. Saudara kandung merupakan sumber dukungan sosial. Sibling relationship sering dilihat sebagai hubungan emosional yang intens antar saudara, di mana ketika tingkat kehangatan dan konflik tinggi dapat berdampingan. Psychological well-being merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan kesehatan psikologis dari seorang individu ketika fungsi psikologisnya positif. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja akhir (berusia 18-21 tahun) yang memiliki saudara kandung penyandang tunarungu. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang terdiri dari 18 laki-laki dan 12 perempuan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur sibling relationship adalah alat ukur modifikasi yang mengacu pada Sibling Relationship milik Fahmi (2018) yang terdiri dari 27 aitem. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Psychological Well-being adalah alat ukur yang diadaptasi oleh Nandini (2017) yang mengacu pada Ryff’s Psychological Well-being (RPWB) (1989) yang terdiri dari 42 aitem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel sibling relationship dimensi warmth/closeness dengan psychological well-being pada remaja akhir yang memiliki saudara kandung penyandang tunarungu. Nilai signifikansi menunjukkan angka sebesar 0,40, yang artinya nilai signifikansi kurang dari 0,05. Terdapat hubungan yang negatif antara dimensi sibling relationship rivalry dengan psychological well-being pada remaja akhir yang memiliki saudara kandung penyandang tunarungu. Nilai signifikansi menunjukkan angka sebesar -0,54, yang artinya nilai signifikansi kurang dari 0,05. Tidak terdapat korelasi yang signifikan pada variabel sibling relashionship dimensi conflict dan relative status/power pada remaja akhir yang memiliki saudara kandung penyandang tunarungu.