Daftar Isi:
  • Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di pasar domestik maupun pasar internasional, karena nilai jualnya yang cukup tinggi. Disamping itu Permasalahan yang sering muncul pada budidaya ikan kerapu salah satunya pada ikan kerapu Cantik yaitu FCR yang tinggi serta rentan terhadap kondisi lingkungan yang kurang optimal. Kualitas air selama proses budidaya ikan kerapu Cantik menjadi hal yang perlu diperhatikan khususnya oksigen terlarut. Kebutuhan oksigen terlarut dapat terpenuhi dengan adanya teknologi yang telah dikembangkan yaitu teknologi nanobubble, yang merupakan teknologi yang menghasilkan gelembung berukuran <200 nm. Gelembung nano dapat menjaga oksigen dalam kondisi stabil dan optimal selama pemeliharaan. Oleh sebab itu pengaruh nanobubble terhadap konsumsi dan Efisiensi pakan, serta FCR ikan kerapu Cantik perlu diteliti. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 2 faktorial dengan 6 kombinasi perlakuan. Faktor A adalah penggunaan nanobubble dan aerator pada system budidaya sedangkan faktor B adalah lama waktu pemeliharaan yaitu selama 10 hari, 20 hari, dan 30 hari. Data yang diperoleh diolah menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukan penerapan sistem budidaya dengan nanobubble dengan lama pemeliharaan yang berbeda menghasilkan nilai konsumsi dan efisiensi pakan, serta FCR yang berbeda nyata (p<0,05) dengan sistem budidaya menggunakan aerator. Konsumsi Pakan tertinggi pada sistem budidaya dengan nanobubble terdapat pada hari pemeliharaan ke 30 dengan nilai 1975,33 gr ± 20,5137 gr, sedangkan nilai Konsumsi Pakan tertinggi pada budidaya dengan aerator sebesar 2082 gr ± 4,68722 gr pada hari pemeliharaan ke 30. Nilai efisiensi pakan tertinggi pada sistem budidaya dengan nanobubble sebesar 105,45% ± 10,965% pada hari ke 10, sedangkan pada budidaya dengan aerator tertinggi pada hari ke 10 dengan nilai 69,07% ± 0,86495%. Nilai FCR terendah pada sistem budidaya dengan nanobubble terdapat pada hari ke 10 sebesar 0,97 ± 0,09074, sedangkan nilai FCR terendah pada budidaya dengan aerator terdapat pada hari ke 10 dengan nilai 1,44 ± 0,02082. Dari data tersebut menunjukan bahwa sistem budidaya dengan nanobubble menunjukan nilai Konsumsi Pakan lebih rendah namun untuk nilai Efisiensi Pakan lebih tinggi dan nilai FCR lebih rendah sehingga dengan penerapan teknologi nanobubble memberikan hasil yang terbaik.