Daftar Isi:
  • Upacara Masabatan Biu adalah upacara perang adat yang dilaksanakan pada Aci Sasih Ketiga (bulan ketiga menurut penggalan Desa Tenganan Dauh Tukad) yang dilakukan sekelompok pemuda laki-laki yaitu Sekaa Teruna di Desa Tenganan Dauh Tukad. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Upacara Masabatan Biu di Desa Tenganan Dauh Tukad. Upacara adat ini dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan nenek moyang mereka yang ada sejak dahulu sehingga tetap dipertahankan hingga saat ini, oleh karena itu sebagai Sekaa Teruna (sekelompok pemuda) tetap melakukan Masabatan Biu. Dari cara mereka mempertahankan Masabatan Biu ini peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Upacara Masabatan Biu di Desa Tenganan Dauh Tukad. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam. Data yang sudah di peroleh dianalisis dengan menggunakan teori interpretatif budaya dari Clifford Geertz. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa upacara Masabatan Biu yang dilakukan oleh Sekaa Teruna terdapat nilai agama serta integritas di dalamnya, seperti dalam proses kegiatan ngantung (kegiatan menggantungkan jajan cacalan di bingkai bambu) , penampahan katiga (kegiatan menyembelih hewan kurban berupa babi dan mengelolah menjadi makanan berupa lawar merah), ngalang (kegiatan mengambil hasil kebun di tanah tegalan warga Desa Tenganan Dauh Tukad) , mejejalukan (kegiatan meminta makanan berupa jajan dan buah ke rumah warga), malawang (kegiatan meminta dana punia ke rumah-rumah warga Desa Tenganan Dauh Tukad), serta magibungan (kegiatan makan bersama yang dilakukan oleh para tamu undangan dan pecalang)