Daftar Isi:
  • Usaha perikanan semakin tahun semakin berkembang pesat, terutama pada perikanan budidaya. Pada tahun 2017 produksi perikanan mencapai 23,51 juta ton, nilai ini disumbang oleh perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Salah satu komoditas perikanan yang banyak diminati masyarakat yaitu ikan gabus (Channa striata) yang memiliki kandungan protein berkualitas baik dengan kadugan asam amino esensial yang lengkap. Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini yaitu untuk mempelajari dan memahami secara langsung mengenai teknik pembenihan ikan gabus, mengetahui daya tetas, fekunditas, survival rate (SR), dan mengetahui masalah yang dihadapi selama proses pembenihan ikan gabus. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Pandaan, Jawa Timur pada tanggal 17 Desember 2018 sampai 17 Januari 2019. Metode kerja yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan partisipasi aktif. Teknik pembenihan ikan gabus meliputi kegiatan seleksi induk, persiapan kolam, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva hingga benih, pakan, kualitas air, pemanenan, pemasaran dan hambatan pada proses pembenihan ikan gabus. Pemijahan dilakukan secara alami dengan perbandingan induk 1:1. Induk yang digunakan berumur kurang lebih satu tahun dengan bobot 250-300 gram. Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 8.950 butir dengan nilai daya tetas 80% dan nilai survival rate (SR) 70%. Larva ikan gabus berumur 1-3 hari tidak diberi pakan karena masih memiliki eggyolk, larva berumur 4-10 hari diberi pakan berupa Artemia sp., larva berumur 10-17 hari diberi pakan campuran Artemia sp. dan cacing sutera, dan benih berumur >17 hari diberi pakan pellet komersil. Induk ikan gabus diberi pakan berupa pellet terapung pada pagi hari dan cacahan keong mas pada sore hari. Parameter kualitas air selama proses pembenihan ikan gabus meliputi oksigen terlarut (DO) 2.07-5.03 mg/L, suhu 26.6-30.9oC, dan Ph 6.6-7.5. Hambatan selama proses pembenihan ikan gabus yaitu kurangnya ketersediaan induk siap pijah, pertumbuhan benih yang tidak seragam, dan kurangnya pakan alami yang dapat disiasati dengan kultur Artemia sp.