PENGALAMAN PENGOBATAN KLIEN DENGAN MULTIDRUG RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUANG POLI MDR-TB RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Main Author: | NURARIFAH |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/92819/1/TKP%2042%2019%20Nur%20p%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/92819/2/TKP%2042%2019%20Nur%20p%20DAFTAR%20ISI.pdf http://repository.unair.ac.id/92819/3/TKP%2042%2019%20Nur%20p%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.unair.ac.id/92819/4/TKP%2042%2019%20Nur%20p.pdf http://repository.unair.ac.id/92819/ https://www.ijphrd.com |
Daftar Isi:
- Pendahuluan: MDR-TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang tidak merespon terhadap isoniazid dan rifampisin akibat dari ketidakpatuhan terhadap pengobatan sebelumnya atau terjadinya resistensi primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pengobatan pasien MDR-TB. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. 18 pasien berpartisipasi dan prosedur pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi. Wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman semi terstruktur dan dilakukan di poli MDR-TB. Hasil wawancara disimpan pada alat perekam yang selanjutnya dilakukan transkrip, member checking dan analisis data dengan metode Van Mannen. Hasil: Enam tema teridentifikasi yaitu riwayat pengobatan, faktor personal, kognitif dan sikap, dukungan sosial, komitmen, dan perilaku pengobatan dan pencegahan penularan. Persepsi yang kurang tepat tentang kesembuhan, lupa dan jenuh terhadap pengobatan yang menyebabkan putus minum obat pada pengobatan sebelumnya. Reaksi psikologis berduka dan masalah ekonomi menjadi masalah selama menjalani pengobatan sehingga membutuhkan dukungan sosial. Perilaku patuh terhadap pengobatan dan pencegahan penularan juga dipengaruhi oleh keyakinan diri, sikap dan komitmen. Kesimpulan: Pengalaman klien dalam menjalani pengobatan MDR-TB meliputi tahapan berduka secara psikologis dan masalah perekonomian tetapi karena adanya motivasi diri untuk melanjtkan pengobatan. Pengetahuan dan persepsi manfaat pengobatan dapat meningkatkan keyakinan diri dan sikap positif sedang persepsi tentang hambatan dapat menyebabkan sikap yang negatif terhadap pengobatan sehingga membutuhkan dukungan sosial seperti keluarga, teman sebaya dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan komitmen dan perilaku patuh terhadap pengobatan dan pencegahan penularan.