PERBANDINGAN ELEKTROAKUPUNKTUR DAN PARACETAMOL 500 MG - CODEIN 10 MG TERHADAP SKOR NYERI, KADAR ENDORFIN-β PLASMA DAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM IIIB PASCA KEMOTERAPI CISPLATIN
Main Author: | Mochammad Rizalul Rosyiadi, NIM011428086302 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/92343/1/abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/92343/2/daftar%20isi.pdf http://repository.unair.ac.id/92343/3/daftar%20pustaka.pdf http://repository.unair.ac.id/92343/4/full%20text.pdf http://repository.unair.ac.id/92343/ |
Daftar Isi:
- Kanker serviks masih merupakan masalah besar di dunia untuk kasus keganasan pada wanita, di negara berkembang termasuk Indonesia, kanker serviks merupakan penyakit keganasan dalam bidang ginekologi terbanyak kedua untuk semua jenis kanker pada wanita. Nyeri pada pasien kanker dirasakan hampir pada semua pasien. Pada penderita stadium lanjut didapatkan lebih dari 80% memiliki nyeri sedang hingga berat, 33% nyeri kronis masih dapat dirasakan pada survivor kanker yang telah mendapat terapi komplit. Prevalensi dari nyeri kanker di dunia diperkirakan sebesar 25% pada kanker kasus baru, 33% pada kanker yang telah mendapat terapi, dan pada mereka yang telah jatuh ke dalam stadium lanjut sebanyak lebih dari 75%. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa dari 100 penderita kanker serviks, 78% diantaranya merasakan nyeri pada 1 minggu terakhir, semakin meningkat stadiumnya, maka presentase nyeri juga makin meningkat. WHO menyebutkan bahwa masih ada sekitar 40% nyeri tidak dapat diatasi dengan pedoman WHO, sehingga diperlukan terapi penunjang untuk mengatasi nyeri. Akupunktur di kembangkan untuk mengatasi nyeri kanker, sebagai pilihan pengurang atau penghilang nyeri yang hampir tanpa efek samping, aman, mudah.