Daftar Isi:
  • Penelitian ini berfokus pada peran-peran elite di suku Tengger pada pemilu 2019 lalu, lebih tepatnya membahas mengenai hal-hal terkait otoritas serta wewenang dalam kesuksesan diselenggarakanya pemilu 2019 kemarin. Elite yang terbagi menjadi beberapa segmen ini merupakan penyalur aspirasi masyarakat bawah. Pengetahuan masyarakat suku Tengger yang minim terkait politik dan pemerintahan membuat beberapa tindakan dan pilihan-nya cenderung mengikuti elite-elite setempat. Elite menurut kacamata Max Weber, terbagi menjadi tiga tipe menurut hubungan sosialnya. Tiga tipe tersebut ialah tipe otoritas tradisional dalam masyarakat Tenger diduduki oleh Dukun pandhita adat, tipe otoritas kharismatik yang duduki oleh pemuka agama Hindu dan pemuka agama Islam, dan yang terakhir adalah tipe otoritas legal formal yang diduduki oleh kepala desa Argosari. Kaitanya Pemilu 2019 lalu, masing-masing memiliki basis massa sendiri dilihat dari tipe otoritasnya. kepala desa, dukun adat, tokoh masyarakat Islam dan Hindu ini walaupun berbeda pendapat dalam pilihan politik namun tetap menjunjung nilai-nilai demokrasi sesuai dengan nilai adat leluhur mereka. Beberapa filososfi terkait demokrasi dan pemilu menurut elite dan masyarakat Tengger sama dengan pedoman hidup yang diturunkan dari leluhur mereka. Pedoman hidup Suku Tengger antara lain, Tenggering budi luhur, Sesanti Titi Luhur, Disathru, serta Hila-hila yang merupakan petunjuk dalam Demokrasi. Terselenggaranya pemilu dan demokrasi yang damai akan terwujud ketika masyarakat Suku Tengger mengikuti pedoman leluhur mereka. Dengan demikian semboyan yang dianut oleh masyarakat setempat dapat terwujud “ Memayu Hayuning Bawono dan Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe”.