Daftar Isi:
  • PENDAHULUAN. Defisiensi vitamin D dihubungkan dengan terjadinya penyakit kardiovaskular salah satunya sindroma koroner akut (SKA). Beberapa penelitian memberikan hasil bervariasi, sehingga kadar 25(OH)D dapat menyebabkan sindroma koroner akut masih kontrovesi. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan kadar 25(OH)D penderita SKA dan orang sehat. METODE. Penelitian analitik observasional rancangan cross sectional. Sampel dikumpulkan April-September 2019 dari instalasi gawat darurat dan ruang rawat inap pusat pelayanan jantung terpadu RSUD Dr Soetomo Surabaya. Sampel terdiri dari STEMI, NSTEMI, unstable angina (UA), orang sehat, kemudian diukur kadar 25(OH)D dan dinilai perbedaan kadar 25(OH)D antar kelompok. Pemeriksaan 25(OH)D menggunakan metode antibody competitive chemiluminescence immunoassay dengan alat Advia Centaur xpt. HASIL. Sebanyak 70 subyek penderita sindroma koroner akut dan 30 orang sehat masuk dalam penelitian ini. Terdapat perbedaan kadar 25(OH)D penderita STEMI, NSTEMI, UA, dan orang sehat (p≤0,0001). Tidak terdapat perbedaan kadar 25(OH)D penderita UA dan orang sehat ( p=0,925). PEMBAHASAN. Rendahnya kadar 25(OH)D banyak pada orang sehat kemungkinan karena berbagai faktor perbedaan ras, kurangnya paparan kulit terhadap sinar UV memproduksi cholecalciferol dan asupan makanan mengandung ergocalciferol, aktivitas individu berbeda. Penyebab SKA multifaktorial salah satunya defisiensi vitamin D. Penderita SKA lebih tinggi kadar 25(OH)D dibandingkan orang sehat, sehingga pada penelitian ini nampaknya vitamin D tidak berperan penting pada terjadinya SKA. SIMPULAN. Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kadar 25(OH)D pada STEMI dan orang sehat, NSTEMI dan orang sehat, STEMI dan NSTEMI, STEMI dan UA, NSTEMI dan UA. Orang sehat dan UA tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik.