Daftar Isi:
  • Penelitian ini menjelaskan mengenai peran Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) di Kota Malang saat Revolusi Fisik tahun 1945 hingga 1950. Dibahas juga bagaimana awal perkembangan organisasi pelajar pejuang hingga menjadi pasukan TRIP. Metode dalam penulisan ini dengan menggunakan sumber tertulis, surat kabar, dan wawancara. Pasca proklamasi kemerdekaan, Republik Indonesia masih belum benar-benar merdeka. Rakyat Indonesia masih dibayangi dengan pendudukan kembali Belanda setelah berhasil menaklukan Jepang dengan Sekutunya. Atas dasar itulah kemudian timbul reaksi yang bermacam-macam dari rakyat Indonesia. Peristiwa heroik di Surabaya adalah embrio munculnya pasukan-pasukan rakyat, salah satunya tentara pelajar. Pertempuran-pertempuran terus berlangsung hingga masuk ke Kota Malang dengan perlawanan yang tidak seimbang karena perbedaan alat tempur membuat pasukan TRIP terus berjuang untuk mempertahankan di dalam kota. Siasat “bumi hangus” yang dilakukan pasukan gabungan di Kota Malang dengan membakar gedung-gedung strategis agar tidak lagi dapat digunakan menjadi strategi yang efisien untuk melawan pasukan Belanda. Hingga pada tahun 1947 terjadi peristiwa gugurnya 35 anggota TRIP di Jalan Salak sebagai bukti keberanian pelajar dalam melawan pasukan Belanda. Pertempuran berlnjut hingga ke daerah sekitar Malang. Atas jalan diplomasi yang dilakukan pemerintah pusat dengan Belanda melahirkan kesepakatan yang sering dilanggar oleh Belanda, hingga akhirnya di tahun 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Kembalinya kedaulatan Republik Indonesia ini menandakan berakhirnya pasukan TRIP pula, hingga awal 1950 dilaksanakan mobilisasi kepada pelajar pejuang dan kembali ke rutinitas untuk bersekolah dan melanjutkan kariernya.