Daftar Isi:
  • Seiring berjalannya waktu gigi manusia mengalami perubahan, ditinjau dari segi penampilan dan fungsinya. Gigi molar ketiga menunjukkan evolusi manusia dari waktu ke waktu. Perbedaan yang sangat jelas dari gigi manusia saat ini yaitu dimensi yang lebih kecil termasuk juga rahang yang lebih kecil. Jenis makanan dan pola makan mempunyai peran penting bagaimana gigi itu tumbuh dan berkembang. Makanan pada manusia modern tidak lagi memerlukan kemampuan mengunyah yang sama dengan manusia purba. Mereka lebih kuat dalam proses mengunyah sehingga dapat merangsang pertumbuhan otot rahang. Otot rahang yang besar memungkinkan adanya ruang untuk gigi molar ketiga tumbuh yang kemudian juga dapat menentukan gigi tersebut dapat bererupsi dengan normal atau terjadi masalah dalam proses erupsinya. Tujuan dari penelitian ini untuk membandingkan kemunculan gigi molar ketiga pada manusia abad 20 dan manusia abad 21 serta untuk mengetahui hubungan antara ukuran palatum dengan kemunculan gigi molar ketiga menggunakan metode cross-sectional dengan desain metodologi observasional analitik yang kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Chi- Square. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 28 cranium koleksi laboratorium anatomi Universitas Airlangga sebagai sampel manusia abad 20 dan 70 cetakan gigi mahasiswa Universitas Airlangga sebagai sampel abad 21. Hasil uji statistik menunjukkan nilai Asymp Sig (2-sided) sebesar 0,751 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ukuran palatum dengan frekuensi kemunculan gigi molar ketiga.