Daftar Isi:
  • Penyakit ginjal kronik merupakan kondisi penurunan laju filtrasi glomerulus kurang dari 15ml/menit yang menyebabkan ginjal membutuhkan terapi hemodialisis sebagai pengganti fungsi ginjal. Perjalanan penyakit ginjal kronis bersifat progresif dan ireversibel berisiko menimbulkan masalah psikologis pada pasien hemodialisis seperti depresi. Meskipun insiden depresi pada pasien hemodialisis cukup tinggi, diagnosis sering terlewatkan dan tidak diperhatikan karena perawatan pasien hanya berfokus pada aspek fisik dari penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada pasien hemodialisis. Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 pasien yang melakukan hemodialisis terjadwal dan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Instrumen yang digunakan untuk mengukur gejala depresi adalah Beck Depression Inventory. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien hemodialisis berada pada tingkat gejala depresi ringan. Ada hubungan antara pendidikan (p = 0,001), penghasilan (p = 0,005), dan dukungan keluarga (p = 0,008) dengan gejala depresi pada pasien hemodialisis. Sedangkan jenis kelamin, usia, status pekerjaan, status pernikahan, dan lama hemodialisis tidak berhubungan dengan gejala depresi pada pasien. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pendidikan, penghasilan, dan dukungan keluarga dengan gejala depresi pada pasien hemodialisis. Dari ketiga variabel tersebut, pendidikan merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan tingkat gejala depresi berat.