Daftar Isi:
  • Disleksia dikenal dengan gangguan membaca yang disebabkan oleh faktor neurologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengulas apakah kemampuan membaca dapat mempengaruhi kemampuan menulis seseorang. Sehingga, penelitian ini mempunyai dua tujuan yakni untuk mengklasifikasikan adanya kesalahan ejaan pada partisipan serta mengulas tentang kesalahan ejaan yang paling sering dilakukan oleh partisipan. Terdapat lima siswa dengan hambatan disleksia yang berasal dari tiga SD Negeri inklusi yang berbeda di Surabaya, di antaranya SDN Mojo 3, SDN Kapasari 1, dan SDN Klampis Ngasem 1. Seluruh partisipan diberikan tugas secara individu. Mereka diminta untuk menyalin 100 kata yang sudah disediakan. Selanjutnya, data akan dianalisis dengan menggunakan teori klasifikasi kesalahan ejaan oleh Pratopapas, et al. (2013). Data tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan kesalahan fonologis, gramatikal dan ortografis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kesalahan ejaan yang paling sering muncul adalah kesalahan fonologis (68%). Diikuti oleh kesalahan gramatikal (22%) dan kesalahan ortografis (10%). Dalam kesalahan fonologis, penghilangan grafem atau fonem paling banyak ditemui dalam kesalahan ejaan partisipan (58%). Pada kesalahan gramatikal, bentuk kesalahan yang paling sering muncul juga penghilangan (73%), namun pada komponen kata-kata derivasi dan infleksi. Selanjutnya, kesalahan ortografis juga didominasi oleh bentuk kesalahan berupa penghilangan (82%), terutama pada komponen digraf dan prefiks dalam kata-kata derivasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan ejaan sebagian besar terjadi pada kata-kata yang panjang, terutama kata polimorfemik. Polimorfemik adalah jenis kata yang terdiri dari satu morfem. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa siswa disleksia mengalami gangguan dalam ingatan mereka. Semakin panjang kata, mereka akan semakin sulit mereka mengingat setiap grafemnya dengan benar.