HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI PASIEN TUBERKULOSIS PARU MULTI DRUG RESISTANCE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO SURABAYA
Main Author: | NAOMI RAHMASENA, 011611133190 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/89219/1/FK.PD.102-19%20Rah%20h%20abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/89219/2/FK.PD.102-19%20Rah%20h%20daftar%20isi.pdf http://repository.unair.ac.id/89219/3/FK.PD.102-19%20Rah%20h%20daftar%20pustaka.pdf http://repository.unair.ac.id/89219/4/FK.PD.102-19%20Rah%20h.pdf http://repository.unair.ac.id/89219/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang ditularkan melalui droplet dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Menurut WHO Indonesia menduduki peringkat kedua dimana terdapat 1.020 jutas kasus tuberkulosis di tahun 2016. Faktor resiko dari tuberkulosis adalah umur, jenis kelamin, status imunitas, malnutrisi, diabetes, merokok, konsumsi alcohol, pekerjaan, dan ventilasi yang buruk. Tuberkulosis multi drug resistance adalah tuberkulosis dimana terdapat resistensi obat lini pertama yaitu isoniazid dan rifampicin. Terdapat kenaikan yang signifikan pada kasus tuberkulosis multi drug reisisten pada Indonesia dari 1.752 menjadi 1.860 kasus pada 2016. Menurut WHO terdapat 11.000 kasus di Indonesia. Kenaikan dari kasus tuberkulosis paru multi drug resisistance menjadi suatu kekhawatiran mengingat sustainable development goals 2030, dimana dunia bebas dari tuberkulosis, AIDS, malaria, dan neglected disease. Pengobatan lini kedua terdapat berbagai efek samping yang salah satunya adalah malnutrisi. Serta malnutrisi dapat menyebabkan terhambatnya pengobatan serta terdapatnya lingkar yang mematikan terdapat malnutrisi dan terapi pada tuberkulosis multi drug resisten. Pada penelitian ini menggunakan indeks mass tubuh sebagai parameter pada status nutrisi. Tujuan dari adanya penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara body mass index (BMI) dengan konversi sputum baik menggunakan metode kultur atau metode hapusan sputum tes batang tahan asam. Penelitian ini adalah analitik observasional dan menggunkanan data sekunder yaitu rekam medis di Rumah sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surbaya menggunakan consecutive sampling. Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signifikan anatara body mass index dan konversi sputum menggunakan metode kultur. Dan tidak adanya hubungan yang signifikan antara body mass index dan konversi sputum menggunakan hapusan sputum tes batang tahan asam.