Daftar Isi:
  • TB-MDR merupakan tantangan baru dalam program TB karena penegakan diagnosis yang sulit, tingkat kegagalan dan kematian yang tinggi. Penghentian pengobatan sebelum waktunya (drop out) adalah faktor terbesar dalam kegagalan pengobatan pasien TB-MDR di Indonesia (50%). Keberhasilan pengobatan TBMDR dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor medis dan nonmedis. Faktor-faktor non-medis meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, Komunikasi Informasi Pendidikan (KIE), sikap petugas kesehatan, kemudahan jangkauan perawatan, pengawas obat-obatan, dan minum obat secara teratur. Penelitian ini menggunakan desain Case-control untuk mengamati kondisi-kondisi secara langsung. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua pasien TB-MDR yang loss follow-up / drop out (DO) di Pusat Kesehatan Masyarakat, sedangkan populasi kontrol dalam penelitian ini adalah semua pasien TB-MDR yang sembuh di Pusat Kesehatan Masyarakat. Variabel independen dari penelitian ini adalah pemastian alamat pasien, pendampingan pasien ke rumah sakit rujukan, konseling, pemberian media KIE, upaya untuk mengingatkan obat, pengisian kartu TB.02. Variabel dependen adalah hasil dari pengobatan MDR-TB. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner dan data sekunder berasal dari laporan program TB di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Variabel yang secara signifikan mempengaruhi hasil pengobatan TB-MDR di Puskesmas adalah memastikan alamat pasien (p = 0,001, OR = -21,266) dan upaya untuk mengingatkan obat (p = 0,001, OR = -20,700). Kemungkinan keberhasilan pengobatan mencapai 99,99% jika petugas TB melakukan 2 variabel ini bersama. Dinas kesehatan Kota Surabaya dapat melakukan pelatihan dan bimbingan kepada petugas TB Puskesmas, membuat sebuah sofeware untuk memetakan alamat pasien sekaligus sebapai alarm pengingat minum obat dalam satu aplikasi yang dapat dioperasikan dengan handphone.