KONSTRUKSI KEKERASAN GENDER PADA FILM MEMORIA MELALUI PERSPEKTIF POLITIK MEMORI
Main Author: | POLIKARPUS IVAN RUSYAN SAPUTRO, 071511533068 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/87172/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/87172/2/DAFTAR%20ISI.pdf http://repository.unair.ac.id/87172/3/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.unair.ac.id/87172/4/Fis%20k%2070%2019%20Sap%20k.pdf http://repository.unair.ac.id/87172/5/JURNAL_POLIKARPUS%20IVAN%20RUSYAN%20S._NIM%20071511533068%20.PDF.pdf http://repository.unair.ac.id/87172/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Fokus penelitian ini adalah mengeksplorasi diskursus politik memori kekerasan gender pada material Film Memoria (2016). Signifikansi penelitian ini terletak pada konstruksi kekerasan gender yang divisualkan dalam film Memoria dan dikatikan dengan data sekunder terkait tinjauan historis konflik bersenjata periode 1975-1999. Penelitian ini memiliki satu rumusan masalah yang dijabarkan dalam beberapa sub bagian untuk menjelaskan diskursus politik memori yang dikenakan dalam film Memoria. Dalam rangka mengeksplorasi konstruksi politik memori kekerasan gender oleh negara pada konflik periode 1975-1999, peneliti meneliti teks film melalui representasi tanda yang dihadirkan serta mengungkap konteks film melalui kajian historis dan budaya. Teori yang peneliti gunakan adalah teori politik ingatan, kekerasan gender & negara di Indonesia, dan pendukung teori lainnya seperti film festival sebagai wadah untuk melakukan perlawanan terhadap narasi dominan.. Dengan menggunakan pendekatan social semiotics Van Leuween serta bentukbentuk politik ingatan dalam naratif sinema untuk merepresentasikan tanda yang dimunculkan dan konteks yang dinarasikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa diskursus kekerasan gender pada periode konflik tahun 1975-1999 menunjukkan kegetiran yang luar biasa pada kehidupan subyek yang tertindas. Subyek ini diwakili oleh para penyintas perempuan yang mengalami dampak traumatik akibat luka secara fisik maupun psikis. Kondisi traumatik itu menjadi bagian ingatan untuk menarasikan sisi historis dari periode konflik yang dideskripsikan dalam dialog dan adegan. Sampai pada proses penelitian ini sekalipun, pola impunitas pun masih berlanjut bagi para pelaku tindak kekerasan.