KONSTRUKSI FEMININITAS PRIA HOMOSEKSUAL DALAM BOYS LOVE ( Analisis Semiotika terhadap Komik Jepang Romantic Joutou oleh Moriyo)
Main Author: | Celine Anjanette, 071511533069 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/87134/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/87134/2/DAFTAR%20ISI.pdf http://repository.unair.ac.id/87134/3/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.unair.ac.id/87134/4/Fis%20K%2050%2019%20Anj%20k.pdf http://repository.unair.ac.id/87134/5/JURNAL.pdf http://repository.unair.ac.id/87134/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Penelitian ini berfokus pada konstruksi femininitas pria homoseksual dalam komik Jepang atau manga berjudul Romantic Joutou, sebuah manga bergenre boys love (BL) karya Moriyo. Signifikansi penelitian ini terletak pada bagaimana Moriyo menggunakan konsep-konsep gender dan seksualitas dalam menghadirkan tokohtokohnya yang merupakan pria homoseksual. Penelitian ini menarik karena tokoh pria homoseksual dalam BL sering dinilai terlalu feminin, baik sebagai pria maupun sebagai pria homoseksual. Penelitian ini juga menarik karena cerita dalam manga berulang kali memertukarkan serta memodifikasi konsep gender dan seksualitas melalui semesta imajiner yang disebut omega-verse. Dengan menggunakan analisis tekstual melalui semiotika Umberto Eco, penelitian ini termasuk dalam studi dengan tipe deskriptif dan pendekatan kualitatif. Dasar berpikir dalam penelitian ini adalah konsep heterosexual matrix dan performativitas gender dari Judith Butler, didukung dengan konsep-konsep yang berkaitan dengan femininitas, homoseksualitas, stereotipe peran gender, serta identitas homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Romantic Joutou terjadi sejumlah kontradiksi representasi identitas. Terjadi perlawanan terhadap normativitas heteroseksual Jepang melalui keberadaan tokoh-tokoh homoseksual dengan spektrum gender yang beragam dan keleluasaan para tokoh untuk berperilaku homoseksual, baik di tempat privat maupun ruang publik. Tetapi di saat bersamaan, hubungan antartokoh homoseksual dalam manga menduplikasi hubungan heteroseksual normatif dan stereotipikal sebagaimana dikonstruksi dalam budaya Jepang. Terjadi representasi tubuh androgini dengan menggabungkan bentuk tubuh luar laki-laki dengan fungsi reproduksi perempuan. Tokoh yang sama, yang disadari pembaca sebagai pria homoseksual, menampilkan karakteristik ryousai kenbo (‘istri yang baik, ibu yang bijak’), standar femininitas Jepang di era Meiji. Relasi seksual antartokoh menunjukkan adanya stabilitas peran seksual, di mana selalu ada tokoh pasif dan rawan mengalami kekerasan seksual, yang secara tradisional sering diidentikkan dengan pengalaman seksual perempuan terhadap pasangan laki-lakinya. Asosiasi kuat tokoh dalam manga dengan karakteristik feminin mengindikasikan adanya simbolisasi perempuan melalui tokoh. Sehingga, sebagai genre narasi yang diproduksi dan dinikmati perempuan, Romantic Joutou menjadi medium dialog yang melanggengkan gagasan heteronormatif antarperempuan.