WACANA EMAK-EMAK DALAM HARIAN KOMPAS MENJELANG PEMILIHAN PRESIDEN 2019
Main Author: | DINA RIZKI TRIANA, 121814153028 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/86910/1/TKSB.%2014-19%20Tri%20w%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/86910/2/TKSB.%2014-19%20Tri%20w%20DAFTAR%20ISI.pdf http://repository.unair.ac.id/86910/3/TKSB.%2014-19%20Tri%20w%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.unair.ac.id/86910/4/TKSB.%2014-19%20Tri%20w.pdf http://repository.unair.ac.id/86910/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Kehadiran perempuan dalam ruang politik turut meramaikan kampanye pemilihan umum presiden 2019. Beberapa pihak menyebut dengan istilah “emakemak. Strategi yang digunakan oleh kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk menarik suara dan simpatik dari masyarakat, khususnya kaum perempuan tentu beralasan. Janji-janji mengenai pemberdayaan perempuan hanya sebatas retorika selama kampanye. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana wacana teks, praktik diskursif, dan praksis sosio budaya mengenai emak-emak saat kampanye pemilihan umum presiden 2019 di Harian Kompas. Tujuan dari penelitian yaitu membogkar wacana teks tentang emak-emak pada harian Kompas, mengungkap praktik diskursif emak-emak yang terdiri dari praktik produksi dan konsumsi teks, dan menganalisis praksis sosio budaya dalam masyarakat. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan mencari artikel dari koran Kompas mengenai emak-emak yang berkaitan dengan kampanye pemilihan presiden 2019. Teknik wawancara juga digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat mengenai pemberitaan emak-emak. Teori yang digunakan yakni analisis wacana kritis dari Norman Fairclough, meliputi teks, praktik diskursif, dan praksis sosio budaya. Hasil penelitian menunjukkan perempuan seolah dijadikan subjek dalam kampanye pilpres 2019, padahal sebenarnya hanyalah sebagai objek kepanjangan tangan dari politik maskulin. Permasalahan yang dihadapi perempuan belum terselesaikan sepenuhnya. Praktik diskursif yaitu menyadarkan masyarakat, khusunya kaum perempuan untuk tidak mudah tertipu janji-janji yang diujarkan oleh pasangan calon presiden 2019. Praksis sosio budaya, politik maskulin selalu mendominasi perempuan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa yang menganggap bahwa perempuan tidak pantas untuk berada dalam ruang publik, sehingga suara-suara perempuan belum didengarkan. Masalah kesetararaan gender, pemberdayaan perempuan, kesejahteraan rakyat, dan lain sebagainya perlu didiskusikan demi kemajuan bangsa.