Analisis Spasial Faktor Determinan Incident Rate Difteri
Main Authors: | Puguh Saneko, NIM 101214153061, Arief Wibowo, NIDN. 0010035906, Soenarnatalina M., NIDN. 0025126011 |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/86800/1/Analisis%20Spasial%20Faktor%20Determinan%20Incident%20Rate%20Difteri.pdf http://repository.unair.ac.id/86800/2/C13.pdf http://repository.unair.ac.id/86800/ http://journal.unair.ac.id/JBK@analisis-spasial-faktor-determinan-incident-rate-difteri-article-10224-media-40-category-3.html |
Daftar Isi:
- Regresi Ordinary Least Square (OLS) tidak efektif ketika ditemukan masalah asumsi residual. Masalah asumsi residual mengindikasikan adanya pengaruh spasial. Solusinya dengan penggunaan analisis spasial. Spatial Durbin Models (SDM) merupakan salah satu jenis khusus model spasial autoregressive, di mana terdapat pengaruh lag pada variabel bebas maupun terikat. Model ini dikembangkan dengan alasan hubungan ketergantungan spasial dalam beberapa kasus tidak hanya terjadi pada variabel terikat, tetapi juga pada variabel bebas. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor determinan Incident rate difteri di kabupaten Jombang tahun 2012 melalui pemodelan spasial. Penelitian dilaksanakan pada 34 wilayah kerja puskesmas di kabupaten Jombang. Data bersumber dari profi l kesehatan kabupaten Jombang tahun 2012. Pemodelan hubungan variabel terikat dan variabel bebas dilakukan dengan menggunakan model Ordinary Least Square (OLS), Spatial Autoregressive Model (SAR), Spatial Error Model (SEM), dan Spatial Durbin Model (SDM) kemudian dicari model yang terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Spasial Durbin Model (SDM) merupakan model terbaik pada analisis faktor determinan kejadian difteri di Kabupaten Jombang tahun 2012, memiliki nilai AIC terendah. LR test SDM menunjukkan bahwa variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen pada α = 5%. Faktor determinan incident rate difteri adalah proporsi umur, proporsi status gizi, rasio sasaran dan petugas imunisasi, kepadatan hunian.