PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KONSEP SCANDINAVIAN MODEL OF WELFARE STATE DAN OPINI PUBLIK SWEDIA DAN FINLANDIA DALAM MENGHADAPI KRISIS PENGUNGSI EROPA TAHUN 2015-2017
Daftar Isi:
- Terjadinya Krisis Pengungsi Eropa yang melanda Swedia dan Finlandia antara tahun 2015 hingga 2017 menyebabkan berbagai gejolak domestik di masingmasing negara. Diantaranya adalah tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah Swedia maupun Finlandia dalam mengimplementasikan aspek-aspek kesejahteraan kepada pengungsi sebagaimana yang dikehendaki oleh konsep welfare state. Upaya realisasi tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat lokal, yang mana kemudian perkembangan opini publik di kedua negara cenderung bersifat negatif. Penelitian ini kemudian mencoba untuk menjelaskan implementasi Scandinavian model of welfare state terhadap pengungsi dalam memengaruhi perkembangan opini publik di Swedia dan Finlandia selama Krisis Pengungsi Eropa 2015-2017 berlangsung. Untuk mengkaji hal tersebut, penelitian ini menggunakan instrumen analisis konsep Scandinavian model of welfare state. Pertanyaan tesis yang diajukan sebagai jawaban penelitian adalah perkembangan opini publik dalam merespon terjadinya krisis pengungsi di Swedia dan Finlandia dapat digunakan sebagai indikator untuk meninjau sejauh mana pemerintah kedua negara berhasil menjangkau dan memberikan aspek-aspek kesejahteraan kepada pengungsi. Selain itu, kekuatan opini publik yang berkembang di Swedia dan Finlandia dapat memengaruhi keputusan pemerintah dalam mengubah arah kebijakan migrasinya. Pembahasan dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang mendukung pernyataan tesis, yakni berkembangnya opini publik yang cenderung bersifat negatif baik di Swedia maupun Finlandia menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi pemerintah kedua negara dalam mengubah arah kebijakan migrasinya, yakni dari kebijakan pintu terbuka menjadi kebijakan pintu tertutup. Sementara itu, implementasi konsep Scandinavian model of welfare state terhadap pengungsi di Swedia terlihat paling optimal pada aspek pendidikan, sementara di Finlandia pada aspek pendidikan dan kesehatan.