TERAPI SIREP SEBAGAI IMUNOMODULATOR TERHADAP KADAR KORTISOL, , IFN-γ DAN IL-10 PADA USIA LANJUT YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMENUHAN TIDUR
Main Authors: | Joni Haryanto, S.Kp., MS., Suhartono Taat Putra, Prof. Dr., dr., MS. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/83134/1/LP%2057-08%20HAR%20T_ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/83134/2/LP%2057-08%20HAR%20T.pdf http://repository.unair.ac.id/83134/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Terapi sirep merupakan upaya keperawatan dalam mememnuhi kebutuhan tidur dengan teknik hypnotherapy, tetapi mampu sampai tidur yang dalam mencapai gelombang delta (deep sleep). Sedangkan hypnosis masih dalam gelombang tetha, yaitu pemikiran bawah sadar masih dapat komunikasi. Sirep sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti menidurkan orang dengan mantra, namun terapi sirep sebagai imunomodulator terhadap kadar kortisol, IFN-γRα dan IL-10 masih belum diketahui. Hasil penelitian Dament, et.al., melaporkan bahwa orang-orang yang masih muda dilaporkan efisiensi tidurnya 80 sampai 90%, sementara Manula 67 sampai 70%. Sedangkan Luce dan Segal mengungkapkan bahwa pada kelompok Manuka (empat puluh tahun) hanya dijumpai 7% kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam sehari). Hal yang sama dijumpai pada 22% kasus pada kelompok usia tujuh puluh tahun (terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi). Selain itu, terdapat 30% kelompok usia tujuh puluh tahun yang banyak terbangun di waktu malam hari (Carpenito, 2000). ( utk kelanjutannya dapat dibaca di file abstrak)