HUBUNGAN PENERAPAN PERILAKU KADARZI DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WILANGAN KABUPATEN NGANJUK
Main Author: | ATIN NURMAYASANTI, 101611223011 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/82153/1/FKM.GZ.%2017-19%20Nur%20h%20Abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/82153/2/FKM.GZ.%2017-19%20Nur%20h.pdf http://repository.unair.ac.id/82153/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Stunting adalah masalah gizi kronis yang secara langsung disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dari kebutuhan, sedangkan penyebab tidak langsung adalah sanitasi yang buruk. Adanya penyebab tersebut kemudian dilakukan upaya intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif untuk menekan angka stunting. Kabupaten Nganjuk memiliki prevalensi status gizi balita stunting 25,9%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan penerapan perilaku kadarzi dan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Wilangan. Penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan desain penelitian case control. Dengan kelompok kasus adalah balita stunting dan kelompok control adalah balita non-stunting. Sampel penelitian adalah balita stunting dan nonstunting usia 24-59 bulan yang dipilih dengan cara simple random sampling. Penilaian penerapan kadarzi menggunakan formulir kuesioner dengan menilai masing-masing 4 indikator. Penilaian sanitasi lingkungan juga menggunakan formulir kuesioner dan pengamatan di rumah keluarga balita. Uji statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penimbangan berat badan (p=0,639), konsumsi makanan beragam (p=1,000), konsumsi kapsul vitamin A (p=0,313), kadarzi (p=1,000) dan sanitasi lingkungan yang terdiri dari kualitas fisik air (p=0,252), kepemilikan jamban (p=0,252), jenis lantai (p=0,064) dengan kejadian stunting. Namun sumber air berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (p=0,007). Sanitasi lingkungan memiliki risiko terjadinya stunting (sumber air yang tidak terlindung 6,250 kali, jenis lantai tidak kedap air 3,33 kali, kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat dan tidak memiliki jamban 1,941 kali). Tidak ada hubungan antara penerapan kadarzi beserta indikator-indikatornya dan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting. Namun pada sanitasi lingkungan memiliki risiko terjadinya stunting. Diharapkan pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian menggalakkan program penganekaragaman pangan dan sosialisasi berupa promosi kesehatan mengenai pencegahan dan upaya tumbuh kejar balita stunting serta memberikan bantuan berupa pembuatan jamban sehat pada masyarakat khususnya wilayah prioritas stunting di Kabupaten Nganjuk.