JUMLAH SEL GLIA DAN EKSPRESI BDNF DI OTAK PADA MENCIT (Mus musculus) MODEL ENDOMETRIOSIS DENGAN DAN TANPA PAPARAN LIPOPOLISAKARIDA

Main Author: Daniel Yoseph Pardomuan, 011318086302
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/82051/1/TKKli.%2031-19%20Par%20j%20Abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/82051/2/TKKli.%2031-19%20Par%20j.pdf
http://repository.unair.ac.id/82051/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Latar Belakang : Endometriosis adalah penyakit inflamasi kronis ginekologi pada usia reproduksi dengan penyebab multifaktor yang ditandai dengan adanya fragmen sel endometrium di luar rongga uterus. Di Indonesia, prevalensi umum berkisar 3- 10%. Ditemukan hipotesis baru bahwa mikrobiota usus ikut berperan pada onset dan progresifitas endometriosis. Selain di usus, endometriosis juga berdampak pada otak. Parameter yang dapat diukur untuk menilai perkembangan dan regenerasi sel otak dapat dilihat dari jumlah sel glia dan ekspresi Brain Derived Neurothropic Factor (BDNF). Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jumlah sel glia dan ekspresi BDNF pada otak mencit yang mengalami endometriosis dengan atau tanpa paparan LPS. Metode: Analitik eksperimental dengan desain randomized post test only control group di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga bulan Februari 2018- Januari 2019 menggunakan hewan coba Mus musculus yang dibagi 4 kelompok perlakuan dengan jumlah sampel total 32(K1: plasebo; K2: model endometriosis; K3: paparan LPS; K4: model endometriosis+paparan LPS). Pemeriksaan imunohistokimia (IHC) untuk mengetahui ekspresi BDNF dan pewarnaan Hematosilin- Eosin (HE) untuk menghitung jumlah sel glia pada otak mencit. Hasil penelitian: Jumlah sel glia lebih tinggi secara bermakan pada K2 (7,0+2,26),K3 (6,63+1,68), dan K4 (9,0+1,6) dibanding K1(3,63+1,18), K2 lebih tinggi dibanding K3 namun tidak bermakna, K4 lebih tinggi dibanding K2 maupun K3, sedangkan ekspresi BDNF lebih tinggi secara bermakna pada K2 (9,38+2,33), K3(8,13+2,1), dan K4 (11,25+2,12) dibanding K1 (5,5+2,27), K2 lebih tinggi dibanding K3, K4 lebih tinggi dibanding K2 walaupun keduanya tidak bermakna, sedangkan K4 lebih tinggi dari K3. Kesimpulan: Jumlah sel glia dan ekspresi BDNF pada model endometriosis, paparan LPS, dan model endometriosis yang diberi paparan LPS lebih tinggi dibanding plasebo. Jumlah sel glia dan ekspresi BDNF pada model endometriosis yang diberi paparan LPS lebih tinggi dibanding model endometriosis maupun paparan LPS.