PERLAWANAN FATAYAT NAHDLATUL ULAMA TERHADAP HEGEMONI PATRIARKI MELALUI SOSIALISASI KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DI TINGKAT LOKAL

Main Author: Iva Yulianti Umdatul Izzah, 071217047306
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/81384/1/ABSTRAK_Dis.S.06%2018%20Izz%20p.pdf
http://repository.unair.ac.id/81384/2/FULLTEXT_Dis.S.06%2018%20Izz%20p.pdf
http://repository.unair.ac.id/81384/3/JURNAL_Dis.S.06%2018%20Izz%20p.pdf
http://repository.unair.ac.id/81384/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Studi ini mengkaji dan memahami upaya perlawanan aktivis Fatayat Sidoarjo menghadapi hegemoni patriarki yang selama ini dialami oleh kaum perempuan terutama di kalangan nahdliyin melalui aktivitas mereka dengan memberikan penyadaran atau melakukan counter hegemony kepada aktivis Fatayat NU Sidoarjo akar rumput. Aktivitas yang dilakukan adalah dengan memberikan sosialisasi mengenai kesetaraan dan keadilan gender kepada kaum perempuan anggota Fatayat di tingkat akar rumput. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sidoarjo daerah dimana kaum nahdliyin memiliki basis massa yang besar di kota ini dan juga tokoh-tokoh NU berasal dari wilayah ini. Selain itu berdasarkan sejarahnya, salah satu pendiri Putri Muslimat sebagai cikal bakal organisasi Fatayat berasal dari daerah ini. Penggalian data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap aktivis Fatayat yang terdiri dari pengurus cabang (kabupaten), pengurus anak cabang (kecamatan), pengurus ranting (desa), anggota biasa hingga pengurus NU laki-laki. Studi ini menemukan bahwa perlawanan yang dilakukan aktivis Fatayat Sidoarjo terhadap hegemoni patriarki adalah dengan cara melakukan upaya counter hegemoni dalam bentuk memberikan penyadaran tentang hak-hak perempuan melalui sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender kepada anggota mereka di tingkat akar rumput. Bentuk perlawanan yang dilakukan aktivis Fatayat Sidoarjo merupakan bentuk perlawanan kultural yang disesuaikan dengan nilainilai dan kultur nahdliyin. Studi ini juga menemukan bahwa tidak semua anggota Fatayat terhegemoni oleh ideologi patriarki, mereka yang tidak terhegemoni justru memberikan penyadaran kepada anggota yang lain hingga ke tingkat akar rumput. Aktivis Fatayat yang tidak terhegemoni justru menjadi aktor intelektual organik menurut istilah Gramsci yang memberikan jalan keluar untuk lepas dari kondisi dominasi yang ada.