PENGARUH FLUOR DAN KALSIUM PADA AIR MINUM TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI PADA ANAK USIA 6-8 TAHUN (PENELITIAN OBSERVASIONAL DI KABUPATEN BANGKALAN)
Main Author: | Ajeng Sminingrat, 021511133101 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/79581/1/ABSTRAK%20KG%2036%2019%20Smi%20p.pdf http://repository.unair.ac.id/79581/2/FULLTEXT%20KG%2036%2019%20Smi%20p.pdf http://repository.unair.ac.id/79581/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Latar belakang : Di Indonesia, karies merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki angka kejadian tinggi. Prevalensi karies menurut data Riskesdas (2013). Sebesar 1,4% angka tersebut lebih tinggi dari target WHO yakni indeks karies (DMFT-T) sebesar 1%. Menurut data Riskesdas (2013), penderita karies gigi aktif meningkat sebesar 9,8% dari 43,4% pada tahun 2007 menjadi 53,2% pada tahun 2013. Sedangkan Penderita pengalaman karies meningkat 5,1% dari 67,2% pada tahun 2007 naik menjadi 72,3% pada tahun 2013. Sekitar 60-90% anak-anak sekolah memiliki gigi berlubang yang sering menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan (WHO, 2012). Metode : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional berbasis komunitas. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross-sectional. Hasil : Pada uji kadar fluoride dan kalsium pada daerah di perkotaan tepatnya pada SDN Demangan 01 didapatkan hasil kadar fluoride 0,058 mg/dL dan kalsium 103,3 mg/dL. Pada uji kadar fluoride dan kalsium pada daerah di pesisir pantai tepatnya pada SDN Pangeranan 05 didapatkan hasil kadar fluoride 0.072 mg/dL dan kalsium 168.1 mg/dL. Kesimpulan : Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pengaruh kadar fluor dan calcium dalam air minum daerah pesisir sangat penting peranannya, tetapi untuk terjadinya peningkatan prevalensi karies dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya adanya factor perilaku yang sesuai pada penelitian ini antara lain meliputi frekuensi menyikat gigi, pola makan dan kunjungan ke dokter gigi lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang tinggal di wilayah perkotaan. Hasil penelitian ini di simpulkan bahwa faktor-faktor predisposisi pada penelitian yang menyebabkan terjadinya peningkatan dan perlakuan diantara 2 tempat penelitian.