PERAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK SEBAGAI PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI BAWAH UMUR (Peminatan Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Main Author: | SABRINA RIZKAHIL FATONAH, 111411131130 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/79393/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/79393/2/FULLTEXT.pdf http://repository.unair.ac.id/79393/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran orang tua yang memiliki anak sebagai pengendara sepeda motor di bawah umur. Gambaran peran orang tua didasarkan dari teori Parent Role Development Theory milik Mowder, dkk (1995) terdiri dari Hubungan atau Ikatan (bonding), Pendidikan (education), Disiplin (discipline), Perlindungan dan Kesejahteraan Umum (protection and general welfare), Sensitivitas (sensitivity), Responsifitas (responsivity). Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus kolektif, melibatkan 3 orang tua yang memiliki anak sebagai pengendara sepeda motor di bawah umur sebagai. Analisis data menggunakan analisis tematik theory driven. Tehnik penentuan kredibilitas penelitian menggunakan triangulasi data. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga partisipan menyerahkan pengasuhan dan pengawasan anak kepada orang tua partisipan. Komunikasi tetap sering terjadi dengan cara tatap muka langsung atau telpon dan panggilan video. Hubungan antara partisipan pertama dengan anak dekat, tidak seperti partisipan ke dua dan ke tiga dengan anaknya. Keterbukaan anak mengenai masalah mereka hanya terjadi ketika anak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua. Ketika anak mengekspresikan emosi negatif, ketiga partisipan merespon dengan emosi negatif juga. Terlepas dari jarak antara sekolah dan rumah, orang tua tetap mengijinkan anak mengendarai sepeda motor untuk kemudahaan mobilitas anak. Partisipan pertama dan ke dua tidak tahu bahwa anaknya belajar berkendara secara diam-diam, lalu ketika mengetahuinya mereka menganggap hal tersebut wajar dan justru senang anaknya mampu mengendarai sepeda motor. Meski merasa tidak tega, partisipan ke tiga tetap membiarkan anaknya belajar mengendarai sepeda motor. Orang tua hanya memberi teguran dan nasihat ketika anak melanggar aturan lalu lintas, hal itu tidak mempengaruhi perilaku berkendara anak. Orang tua memastikan keselamatannya di jalan raya lewat komunikasi antara orang tua dan anak yang terus terjalin. Orang tua mengawasi pergaulan anak dengan mengenal teman-teman anak secara langsung. Orang tua mengetahui emosi yang dirasakan anak, begitu juga dengan kebutuhan anak. Partisipan merespon permintaan anak berdasarkan tingkat kepentingan dan kedaruratan, sebelum memperbolehkan mereka memiliki sepeda motor pribadi.