Daftar Isi:
  • Jepang dan Tiongkok merupakan dua negara yang dinilai paling problematik di Asia. Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Jepang dan Tiongkok tidak pernah lagi terlibat dalam perang. Meski begitu, berbagai konflik dan persaingan tak henti mewarnai hubungan bilateral keduanya. Mulai dari konflik perebutan wilayah, saling berlomba dalam peningkatan kapasitas militer, hingga bersaing dalam hal teknologi, ekonomi dan perdagangan. Salah satunya adalah persaingan dalam mengembangkan teknologi sistem kereta cepat. Tiongkok yang terhitung masih baru dalam teknologi tersebut pun tak mau kalah dengan Jepang yang sudah terlebih dahulu mengembangkan teknologi sistem kereta cepat dan terkenal akan kualitasnya. Persaingan kedua negara juga merambah pada ekspor teknologi sistem kereta cepat. Setelah bersaing dalam penawaran bantuan proyek sistem kereta cepat di Thailand, Amerika Serikat dan Indonesia, keduanya bersaing pula di India. Sebagai negara yang tengah berkembang pesat, India berencana membuat proyek untuk membangun jalur kereta cepat yang diharapkan dapat membantu perkembangan ekonomi di India. Jepang dan Tiongkok tidak mau menyia-nyiakan proyek nasional tersebut. Keduanya menawarkan sejumlah bantuan terkait pembangunan proyek tersebut. Hingga pada akhirnya Jepang terpilih untuk menangani proyek berskala nasional tersebut. Pola persaingan yang demikian tentu saja dilatar belakangi oleh faktor ekonomi atau mencari keuntungan. Namun selaim itu, terdapat faktor geopolitik yang mempengaruhi persaingan Jepang dan Tiongkok, dalam pembahasannya, penulis menggunakan konsep geopolitik kritis dan ekonomi-geopolitik untuk menganalisanya.