UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga) TERHADAP PERTUMBUHAN Vibrio alginolyticus DAN Vibrio parahaemolyticus YANG DITEMUKAN PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG TERSERANG WHITE FECES DISEASE

Main Author: AULIA IKHSAN SYAMSURI, 141411133041
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/78809/1/Abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/78809/2/PK%20BP%20157%2018%20Sya%20u.pdf
http://repository.unair.ac.id/78809/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Beberapa penyakit pada udang yang diduga disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. di berbagai negara adalah penyakit berak putih atau White Feces Disease (WFD). Beberapa hasil penelitian menemukan penyebab penyakit ini adalah dari bakteri genus Vibrio. Protozoa parasit dan bakteri dari golongan Vibrio dikenal sebagai gregarins yang berhubungan dengan penyakit White Feces Disease, bakteri tersebut antara lain: V. parahaemolyticus, V. fluvialis, V. alginolyticus, V. mimicus, V. cholerae, V. harveyi dan V. vulnificus (Limsuwan, 2010 ; Chaweepack et al., 2015). Penggunaan antibiotika secara terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan resistensi bakteri terhadap antibiotika tersebut. Oleh sebab itu, untuk menggantikan penggunaan antibiotika tersebut digunakan bahan-bahan alami yang lebih aman, tidak menyebabkan residu dan tidak berpengaruh pada resistensi ikan dan udang. Bahan alami tersebut bisa berasal dari rimpang-rimpangan, seperti rimpang lengkuas (Alpinia galanga). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji antibakteri ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga) terhadap pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio alginolyticus yang ditemukan pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Terserang White Feces Disease. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan cara membandingkan antara konsentrasi ekstrak yang berbeda dengan perlakuan. Perlakuan yang digunakan yakni 4 mg/ml, 3 mg/ml, 2 mg/ml dan 1 mg/ml, antibiotik gentamicin sebagai kontrol positif dan DMSO 10 % sebagai kontrol negatif. Pada penelitian ini dilakukan penelitian pendahuluan yakni uji fitokimia dan determinasi rimpang lengkuas. Uji fitokimia dilakukan di laboratorium kimia dengan cara konvensional, bertujuan untuk mengetahui adanya zat antibakteri dalam ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak rimpang lengkuas terbaik dalam penelitian ini adalah konsentrasi 2 mg/ml. Hasil pengukuran zona hambat konsentrasi 2 mg/ml dibandingkan konsentrasi 3 mg/ml dan 4 mg/ml sudah termasuk dalam kategori antibakteri kuat walaupun hasil yang didapat lebih rendah karena sensitivitas antibakteri yang diperoleh sama. Hasil yang diperoleh menunjukkan konsentrasi 2 mg/ml memiliki antibakteri yang kuat. Diameter zona hambat yang terdapat pada konsentrasi 2 mg/ml antara lain 10.0125 mm pada Vibrio parahaemolyticus dan 10.22 mm pada Vibrio alginolyticus