PERBEDAAN KADAR ZINC RAMBUT DAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI (ISPA DAN DIARE) BALITA STUNTING DAN NON-STUNTING USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS WILANGAN KABUPATEN NGANJUK
Main Author: | RIRIN KRISTIANI, 101611223002 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/78540/1/FKM%20GZ%2040-18%20KRI%20P%20-%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/78540/2/FKM%20GZ%2040-18%20KRI%20P.pdf http://repository.unair.ac.id/78540/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi terbanyak yang terjadi di dunia termasuk Indonesia. Defisiensi zinc menyebabkan gangguan pertumbuhan secara linear dan menurunkan nafsu makan. Penyakit infeksi bila terjadi terus menerus dapat menghambat proses pertumbuhan fisik sehingga menyebabkan stunting. Tujuan penelitian ini menganalisis perbedaan antara zinc rambut dan kejadian penyakit infeksi (ISPA dan diare) balita stunting dan non-stunting usia 24-59 bulan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Wilangan. Rancangan penelitian observasional analitik dengan case control design. Populasi penelitian yaitu semua balita usia 24-59 bulan (306 orang). Besar sampel ditentukan dengan uji hipotesis dua proporsi. Jumlah sampel 23 stunting dan 23 non-stunting. Pengambilan sampel acak menggunakan teknik simple random sampling. Data tinggi badan menggunakan mikrotoice, kadar zinc rambut dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom, asupan makan dengan food recall 3x24 jam dan wawancara kuesioner. Data dianalisis dengan uji chi square, t-test independen dan regresi logistik. Ada perbedaan kadar zinc rambut antara balita stunting dan non-stunting (p=0,039), tidak terdapat perbedaan riwayat ISPA dan diare yang signifikan antara balita stunting dan non-stunting (ISPA p=0,063; diare p=0,608). Asupan gizi balita stunting lebih rendah dibandingkan balita non-stunting. Faktor risiko terjadinya stunting yaitu kadar zinc rambut yang kurang 1,035 kali, asupan energi kurang 1,005 kali, asupan protein kurang 1,253 kali, asupan zinc kurang 19,891 kali, asupan zat besi kurang 1,163 dan riwayat ISPA 3,800 kali lebih tinggi dibandingkan balita non-stunting. Kadar zinc rambut, asupan energi, protein, zinc dan zat besi balita stunting lebih rendah. Kadar zinc rambut yang kurang, asupan energi, protein, zinc, zat besi yang kurang dan riwayat kejadian ISPA merupakan faktor resiko terjadinya stunting di wilayah UPTD Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk. Perlu meningkatkan edukasi gizi kepada masyarakat terkait pentingnya asupan makan dari segi kuantitas dan kualitas serta pencegahan penyakit infeksi yang dapat menjadi penyebab langsung stunting pada balita