KORELASI FAKTOR SOSIAL DAN DIMENSI SOSIAL TERHADAP PENGGUNAAN VARIASI BAHASA SUNDA LEMES DAN LOMA PADA MASYARAKAT CIANJUR: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK
Main Author: | SUCI DWI LESTARI, 121411133037 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/76057/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/76057/2/FULL%20TEXT%20FS%20BI%2074%2018%20Les%20k.pdf http://repository.unair.ac.id/76057/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Berdasarkan adanya perbedaan dalam penggunaan variasi bahasa Sunda lemes dan loma pada masyarakat Cianjur, penelitian bertujuan mendeskripsikan korelasi faktor sosial dan dimensi sosial terhadap penggunaan variasi bahasa Sunda lemes dan loma, serta bentuk dan fungsi variasi bahasa tersebut. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik kuisioner dan rekam dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan faktor sosial dan dimensi sosial berpengaruh terhadap penggunaan variasi bahasa Sunda lemes dan loma. Dalam faktor sosial, bahasa Sunda lemes cenderung digunakan berkaitan dengan pengguna bahasa. Hal tersebut tercermin pada penggunaan kata abdi „saya‟, kuring „saya‟, dan anjeun „kamu‟ untuk menentukan pengguna bahasa dalam percakapan. Sedangkan dalam dimensi sosial, bahasa Sunda loma cenderung digunakan berkaitan dengan jarak kedekatan penutur dan mitra tutur. Hal tersebut tercermin pada penggunaan kata urang „saya‟ dan maneh „kamu.‟ Terdapat korelasi antara faktor sosial dan dimensi sosial terhadap penggunaan variasi bahasa Sunda lemes dan loma. Pengguna bahasa berkorelasi dengan jarak kedekatan dan status sosial, tempat dan waktu berkorelasi dengan jarak kedekatan dan formalitas, topik berkorelasi dengan jarak kedekatan dan formalitas, fungsi berkorelasi dengan jarak kedekatan dan dua fungsi bahasa. Perbedaan variasi bahasa Sunda lemes dan loma yaitu dalam variasi bahasa Sunda loma pengguna bahasa hanya berkorelasi dengan jarak kedekatan. Proses afiksasi juga terjadi pada variasi bahasa Sunda lemes dan loma yaitu prefiksasi (di-, ha-, heun-, ka-, pa-, paran-, sa-, sang-, se-, ta-, ti-), sufiksasi (-an, -keun, -lah, -na), dan simulfiksasi (di-/-an, di-/-na, di-/-keun, ka-/-an, ng-/-keun, nga-/-keun, nga-/-an, pa-/-na, sa-/-na). Perbedaan variasi bahasa Sunda lemes dan loma yaitu dalam variasi bahasa Sunda loma terdapat penghilangan prefiks ha- dari kata hapunteun menjadi punten „maaf‟, heun- dari kata heunteu menjadi teu „tidak‟, dan sang- dari kata sanggeus menjadi geus „sudah.‟ Selain itu, variasi bahasa Sunda lemes dan loma memiliki fungsi bahasa denotatif, emotif, fatik, dan retorika. Perbedaan variasi bahasa Sunda lemes dan loma yaitu dalam variasi bahasa Sunda loma percakapan yang berkaitan dengan hubungan penutur dan mitra tutur memiliki fungsi fatik untuk menjalin, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial.