EVALUASI PROSES PENGUMPULAN DATA SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI DALAM SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON KOTA SURABAYA
Main Author: | NITA KUSUMA WARDANI, 101411131112 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/75648/1/KKC%20KK%20FKM.278-18%20War%20e%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/75648/2/KKC%20KK%20FKM.278-18%20War%20e%20SKRIPSI.pdf http://repository.unair.ac.id/75648/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Beberapa metode dikembangkan untuk mendeteksi KLB, salah satunya dengan membentuk suatu sistem yang disebut Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Namun meskipun sistem telah diterapkan, masih terdapat ketidakoptimalan pelaksanaan SKDR di berbagai kabupaten/kota. Oleh karena itu penelitian evaluatif penting untuk dilakukan untuk melihat performance suatu wilayah dalam menerapkan SKDR. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-observasional dengan rancang bangun evaluatif. Studi dokumen dan wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data penelitian. Instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara dan check-list. Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Surabaya selama kurang lebih empat bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketepatan waktu laporan mingguan, keterwakilan data surveilans, stabilitas sistem untuk menjamin ketersediaan data sudah baik. Ketiga variabel tersebut sangat penting dalam SKDR. Hasil analisis lag time of reporting menunjukkan bahwa pernah dilakukan respon terhadap penyakit campak dan AFP yang lebih dari 24 jam. Sedangkan analisis pada variabel repeated reporting menunjukkan bahwa terdapat kasus yang sama (diderita oleh orang yang sama) dilaporkan lebih dari satu kali. Hal ini mengindikasikan bahwa ketelitian petugas surveilans dalam menginput data belum sepenuhnya baik. Kesimpulannya, ketepatan waktu laporan mingguan, keterwakilan data, dan stabilitas sistem SKDR sudah baik. Repeated reporting masih ditemukan dan masih ada respon yang melebihi 24 jam setelah laporan kasus. Saran yang dapat diberikan adalah meningkatkan ketepatan waktu beberapa puskesmas yang dua tahun berturut-turut masih di bawah 80%, menstandarkan form pencatatan PD3I berdasarkan orang-tempat-waktu dan faktor risiko, memperbaiki masalah sistem, meningkatkan kecepatan respon, dan mengembangkan software SKDR yang dapat mendeteksi repeated reporting secara otomatis.