HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA PENGRAJIN BATU BATA DI DUSUN TEMUREJO DESA KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI
Main Author: | HANIFATUL MUKAROMAH, 101411535025 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/75595/1/PSDKU.FKM.%2002-18%20Muk%20h%20Abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/75595/2/PSDKU.FKM.%2002-18%20Muk%20h.pdf http://repository.unair.ac.id/75595/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Pengrajin batu bata merupakan pekerjaan yang dalam kesehariannya bersentuhan langsung dengan tanah sehingga berisiko terhadap paparan penyakit. Salah satu risiko penyakit terkena infeksi kecacingan kelompok Soil Transmitted Helminths (STH). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan perilaku higiene dengan infeksi Soil Transmitted Helminths pada pengrajin batu bata di Dusun Temurejo Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan pendekatan observasional analitik. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 22 orang yang diberi perlakuan: wawancara, observasi, pengambilan sampel feses, serta pengambilan sampel tanah. Diagnosis positif atau negatif keberadaan telur cacing atau cacing dewasa pada sampel feses dan tanah ditegakkan dengan hasil uji laboratorium. Selain infeksi STH dan keberadaan telur cacing atau cacing dewasa pada sampel tanah, variabel bebas dalam penelitian ini yaitu karakteristik individu (usia pengrajin batu bata, lama kerja, tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan) dan perilaku higiene (penggunaan APD, kebiasaan BAB, kebiasaan mencuci tangan dan memelihara kuku). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku higiene seluruh pengrajin batu bata masih kurang, dibuktikan dengan sebesar 95,50% tidak menggunakan APD, 72,70% memiliki kebiasaan BAB sembarangan, 95,50% memiliki kebiasaan mencuci tangan yang kurang, serta 54,50% masih memelihara kuku panjang dan kotor. Tidak ditemukan telur cacing atau cacing dewasa pada sampel tanah maupun feses pengrajin batu bata. Selain ini dari hasil uji statistik didapatkan bahwa karakteristik individu tidak memiliki hubungan dengan perilaku higiene dan perilaku higiene tidak berhubungan dengan infeksi STH disebabkan tanah yang menjadi lokasi kerja negatif cacing. Kesimpulan dari penelitian ini adalah walaupun pengrajin batu bata memiliki perilaku higiene yang buruk, namun tidak terkena infeksi STH. Hal ini dikarenakan tidak ditemukan telur cacing pada sampel tanah. Walaupun demikian, pengrajin batu bata harus meningkatkan perilaku higiene mereka agar tidak terkena penyakit lain akibat higiene yang buruk.