ANALISIS SPASIAL PENEMUAN TERDUGA TUBERKULOSIS ANAK DAN POTENSI TERBENTUKNYA JEJARING TUBERKULOSIS DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT-COURSE PADA DOKTER PRAKTIK MANDIRI (Studi di Wilayah Kota Surabaya)

Main Author: NENENG DWI SEPTIANI, 101614553003
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/74702/1/TEP.%2020-18%20Sep%20a%20Abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/74702/2/TEP.%2020-18%20Sep%20a.pdf
http://repository.unair.ac.id/74702/
http://lib.unair.ac.id
Daftar Isi:
  • Tuberkulosis menjadi penyakit yang diperhitungkan karena peningkatan morbiditas penduduk yang cukup tinggi terutama di negara berkembang. Dari seluruh kasus tuberkulosis, sebesar 12% dialami oleh anak-anak berusia <15 tahun. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis secara spasial penemuan terduga TB anak dan potensi terbentuknya jejaring layanan TB DOTS pada DPM di Kota Surabaya tahun 2017. Variabel terikat pada penelitian ini adalah terduga TB anak yang diperoleh dari catatan rekam medis DPM pada tahun 2017, sedangkan variabel bebas adalah kepadatan penduduk, imunisasi, riwayat kontak, jumlah DPM, jarak antara DPM dan puskesmas, dan tindakan DPM setelah penemuan kasus terduga TB anak. Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian menggunakan ecologic study. Penelitian ini mengambil unit analisis berupa kelurahan di wilayah Surabaya Utara dengan sampel menggunakan total populasi sebanyak 24 kelurahan. Pengelolaan dan analisis data menggunakan program Geoda, Arcgis, dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DPM yang ada di wilayah Surabaya Utara menyebar secara acak. Jumlah DPM yang menemukan terduga TB anak setelah mendapat pendampingan mengalami peningkatan. DPM yang menemukan terduga TB anak paling banyak berada di Kelurahan Wonokusumo. Tindakan DPM dalam merujuk terduga TB anak paling tinggi terdapat di 5 kelurahan. Faktor yang berhubungan dengan penemuan terduga TB anak di wilayah Surabaya Utara adalah jumlah DPM, sedangkan kepadatan penduduk, riwayat kontak, riwayat imunisasi, dan jarak antara DPM dengan puskesmas tidak memiliki hubungan yang signifikan. Potensi terbentuknya jejaring layanan TB DOTS antara DPM dengan puskesmas sangat besar berada pada jangkauan sejauh 1000 m dengan DPM yang masuk kedalam jangkauan tersebut sebanyak 64 DPM. Kesimpulan: terdapat peningkatan jumlah DPM yang menemukan terduga TB anak setelah mendapatkan pendampingan. Rujukan DPM yang cukup tinggi setelah menemukan terduga TB anak. Potensi terbentuknya jejaring layanan TB DOTS antara DPM dengan puskesmas cukup besar. Oleh karena itu, perlu adanya koordinasi yang dilakukan oleh puskesmas kepada DPM sehingga puskesmas dapat melakukan pemantauan secara aktif untuk meningkatkan peran DPM dalam penemuan terduga TB anak untuk mendukung terbentuknya jejaring TB DOTS.