KONFLIK MULTIKULTURAL SUNNI DAN SYIAH: STUDI KASUS TENTANG INTOLERANSI SOSIAL DI SAMPANG

Main Author: MOHAMMAD TOJJIB, 121414153023
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/71277/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/71277/2/full%20text.pdf
http://repository.unair.ac.id/71277/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peristiwa dan penyebab yang mendasar terjadinya konflik multikultural kelompok Sunni dan kelompok Syiah di Sampang; mengungkap pandangan tokoh agama terhadap konflik multkutural, multikulturalisme dan toleransi; serta mengungkap konflik multikultural yang mengakibatkan intoleransi sosial di Sampang. Untuk menjawab masalah tersebut digunakan teori multikulturalisme dan model toleransi dari Kymlicka. Teori ini menitikberatkan pada pengakomodasian hak minoritas, pembatasan internal, perlindungan eksternal, dan toleransi pada kelompok yang berbeda agama atau keyakinan. Tesis ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan di wilayah konflik di Sampang. Sumber data utama penelitian didapat dari 9 informan dan sumber sekunder dari dokumen. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam secara terbuka dan semiterstruktur. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti, pedoman wawancara, alat rekam, dan catatan lapangan. Analisis data merujuk pada teori multikulturalisme dan model toleransi dari Kymlicka. Temuan dari penelitian ini menujukkan bahwa 1) Konflik multikultural yang terjadi merupakan pertarungan dua kelompok yang mengusung identitas kelompok agama. Konflik muncul karena adanya pembedaan pengakomodasian hak-hak minoritas dan mayoritas dalam kebebasan menganut ajaran dan melakukan praktik keagamaan serta hubungan sosial. 2) Tokoh agama merupakan aktor utama dalam konflik kelompok Sunni dengan Syiah di Sampang. Tokoh Sunni dan Syiah punya pandangan sama terkait multikulturalisme yakni sebagai sunnatullah dan suatu keniscayaan. Tokoh Sunni masih memberikan batasan bahwa multikulturalisme tetap harus sesuai kondisi sosial dan budaya lokal. Pandangan tokoh agama terhadap toleransi juga sama, namun masing-masing kelompok membatasi kebebasan agama anggotanya sendiri untuk melindungi dari perbedaan di internal kelompoknya. 3) Konflik kelompok Sunni dan Syiah berdampak luas bagi kelompok Syiah maupun kelompok Sunni di wilayah konflik. Intoleransi sosial yang terjadi pasca konflik mengakibatkan munculnya pembatasan-pembatasan praktik keagamaan maupun putusnya hubungan sosial antara dua kelompok. Kelompok Syiah bisa diterima kembali dengan satu syarat: dibaiat ke Sunni