RANCANGAN GRAFIK ACUAN PERTUMBUHAN TINGGI BADAN DAN INDEKS MASSA TUBUH BALITA DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN PENDEKATAN ESTIMATOR SPLINE TRUNCATED BIRESPON
Main Author: | AMI ANDAYANI, 081411831022 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/70599/2/KKC%20KK%20ST.S.12-18%20And%20r%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/70599/3/KKC%20KK%20ST.S.12-18%20And%20r%20SKRIPSI.pdf http://repository.unair.ac.id/70599/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- Pemantauan status gizi terhadap balita sangat penting dilakukan karena masa balita merupakan masa penting bagi tumbuh kembang anak. Pemantauan status gizi balita dapat dilakukan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) diantaranya pada indeks antropometri tinggi badan menurut usia dan indeks massa tubuh menurut usia. Kabupaten Lamongan merupakan daerah dengan kasus balita stunting dan obesitas yang tinggi di Jawa Timur. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik sampel yang digunakan dalam perancangan KMS standar WHO 2005 dengan balita di Kabupaten Lamongan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang grafik acuan pertumbuhan tinggi badan dan indeks massa tubuh balita di Kabupaten Lamongan dengan pendekatan estimator Spline Truncated birespon yang dapat mengakomodasi pola data yang berubah pada titik tertentu seperti pola pertumbuhan balita. Penelitian ini menggunakan data balita yang diperoleh dari puskesmas dan klinik kandungan di Kabupaten Lamongan sebanyak 2135 data masing-masing jenis kelamin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rancangan grafik acuan pertumbuhan tinggi badan dan indeks massa tubuh balita dengan pendekatan estimator Spline Truncated birespon baik dalam menggambarkan pola pertumbuhan balita di Kabupaten Lamongan yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai R-Square untuk balita laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 99,82% dan 99,81%. Grafik acuan pertumbuhan berdasarkan estimator Spline Truncated pada indeks TB/U lebih rendah dibandingkan KMS standar WHO 2005, sedangkan grafik IMT/U lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik balita di Kabupaten Lamongan dan sampel balita yang digunakan WHO.