RESILIENSI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KORBAN PERDAGANGAN MANUSIA
Main Author: | YUNISA SHOLIKHATI, 111311133008 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/70095/1/abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/70095/2/full%20text.pdf http://repository.unair.ac.id/70095/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan resiliensi anak berkebutuhan khusus korban perdagangan manusia. Resiliensi di sini akan dibahas sesuai tiga kategori sumber resiliensi Grotberg (1995), yaitu dukungan eksternal (I have), kekuatan personal (I am), dan kemampuan sosial dan interpersonal (I can) serta faktor pembentuk resiliensi Rutter (1985). Penelitian ini menggunakan metode kualitat if studi kasus. Subjek pada penelitian ini adalah dua orang anak berkebutuhan khusus yang pernah menjadi korban perdagangan manusia dan sudah lolos. Analisis data menggunakan model tematik. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sumber dukungan eksternal (I have) subjek berupa kasih sayang dari pendamping, adanya struktur tugas dan aturan di dalam rumah, memiliki role model, adanya dorongan untuk menjadi pribadi yang otonom menjadi pondasi dasar pembentukan resiliensi pada subjek. Adanya sumber eksternal ini memunculkan kekuatan personal (I am) subjek berupa perasaan disukai yang memunculkan watak yang menyenangkan, penyayang, bisa memunculkan empati, dan altruistik, otonom dan bertanggung jawab, serta optimis terhadap masa depan. Kekuatan personal mendukung subjek untuk memiliki kemampuan sosial interpersonal (I can) seperti mampu mengungkapkan pendapat dan bercerita masalah melalui proses komunikasi, serta menemukan hubungan yang dipercaya. Ketiga faktor (dukungan eksternal (I have), kekuatan personal (I am), dan kemampuan sosial dan interpersonal (I can)) ini membentuk kombinasi yang memunculkan resiliensi yang cukup dan baik pada subjek. Jika ada salah satu sumber yang tidak muncul, maka, proses resilienai subjek terhambat atau tidak maksimal. Selain itu, resiliensi anak terbentuk karena adanya faktor protektif yang kuat dan mendukung anak untuk resilien. Faktor protektif internal yang muncul adalah kemampuan anak untuk melakukan pencapaian dan kemampuan anak untuk menghadapi perubahan dan adaptasi dengan lingkungan. Faktor protektif eksternal yang muncul adalah adanya role model, adanya caregiver, masyarakat yang supportif, teman sebaya yang menerima, aktivitas sehari-hari, dan adanya aturan yang jelas.