HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA REMAJA PUTRI
Main Author: | KARTIKA ESTIANI, 101511223015 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/66855/1/ABSTRAK%20KARTIKA.pdf http://repository.unair.ac.id/66855/2/KARTIKA%20101511223015.pdf http://repository.unair.ac.id/66855/ http://lib.unair.ac.id |
Daftar Isi:
- PMS merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala yang timbul bahkan dapat menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan gaya hidup seseorang. PMS qq penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pola konsumsi dan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja putri. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel terdiri dari 99 orang remaja putri di SMAN 4 Surabaya. Pengumpulan data menggunakan pengukuran berat badan, tinggi badan, estimated food records 2x24 jam, dan kuesioner Premenstrual Syndrome. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan 18,2% responden mengalami overweight dan 55,6% responden mengalami gejala Premenstrual Syndrome. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi. Pola konsumsi karbohidrat (p=0,024) dan magnesium (p=0,012) yang tidak cukup akan meningkatkan resiko terhadap kejadian Premenstrual Syndrome (PMS), sedangkan pola konsumsi lemak (p=0,027) yang cenderung tinggi juga akan meningkatkan resiko terhadap kejadian Premenstrual Syndrome (PMS). Untuk status gizi overweight akan meningkatkan proporsi kejadian terhadap kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja putri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) dapat terjadi jika remaja putri mengalami overweight atau pola konsumsi zat gizi karbohidrat dan magnesium tidak cukup dan asupan lemak tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan asupan karbohidrat terutama karbohidrat kompleks dan magnesium serta membatasi pola konsumsi lemak.