Transisi Tarekat Urban dalamMerespon Modernitas: Telaah Pembentukan Identitas Kedirian dikalangan Penganut Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Jember

Main Author: MuhammadMasyhuri, 071317047316
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/66753/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/66753/2/Transisi%20Tarekat%20Urban%20dalam%20Merespon%20Modernitas%20%28%20full%20bookmarked%20tanpa%20sub%20bab-min.pdf
http://repository.unair.ac.id/66753/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya perdebatan ditataran teoretis maupun empirik tentang keberadaan penganut tarekat urban yang menjadikan sufisme sebagai bagian dari way of life dalam kehidupannya. Keberadaan penganut tarekat diposisikan sebagai bagian dari masyarakat tradisional yang bertentangan dengan aspek-aspek modernitas, namun sebaliknya, tarekat saat ini tidak saja banyak dianut oleh kalangan masyarakat urban, namun juga menjadi identitas diri dalam merespon modernitas. Berdasarkan persolaan itu, studi ini memfokuskan pada aspek bagaimana penganut tarekat memaknai sufisme sehingga menjadi way of life-nya, serta bagaimana proses terbentukya makna sufisme sehingga menjadi way of life bagi diri mereka. Dengan menggunakan metode ethnografi, studi ini mengkaji aktifitas belajar penganut tarekat urban dalam kesehariannya mengenai dunianya; yang darinya mereka telah belajar melihat, mendengar, berfikir, dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda. Para penganut tarekat terpusat di pesantren RRSA dan pesantren Nurul Falah, serta Suaru Ghautsil Amin. Semua komunitas tarekat berafiliasi dengan tarekat Naqsyabandiah Khalidiyah, yang memiliki jalur geneologi ketarekatan yang sama. Para penganut tarekat juga terwadahi dalam oraganisasi ketarekatan seperi Matan dan Jatman. Berdasarkan studi ini disimpulkan bahwa tiap diri penganut tarekat urban tidak saja dapat memaknai sufisme sebagai pembingkai rasa aman ontologis, namun juga menjadikan sufisme sebagai suatu pijakan dalam mengaktualisasikan dirinya dalam merespon modernitas. Konsepsi modern dan tradisional bagi penganut tarekat lebih mencerminkan mentalitas diri dalam merfleksikan dunianya. Baik tradisi maupun modern tidak lagi dipahami sebagai sebuah dimensi yang kontradiktif, namun lebih pada bagaimana ditiap dimensi itu dimaknai sesuai dengan tujuan sufisme melalui bertarekat. Dalam hal ini, sisi praktis di kalangan penganut tarekat lebih kepada sisi ‘laku’ sufisme yang mendorong terciptanya suasana yang damai, kondusif, harmoni dengan tetap bepijak pada aspek-aspek normatif ketarekatan