PERBANDINGAN PEMBERIAN TABLET SAMBILOTO (AS 201-01) DENGAN DIHYDROARTEMISININ – PIPERAQUINE TERHADAP EKSPRESI CHONDROITIN SULFATE A (CSA) PADA PLASENTA (Penelitian in vivo pada plasenta mencit BALB/c bunting yang diinfeksi P. berghei)

Main Author: Nasrul Wahdi, dr, -
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/64688/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/64688/2/Cetak%20Kuning%20-%20ir%202.compressed.pdf
http://repository.unair.ac.id/64688/
Daftar Isi:
  • Malaria plasenta menyebabkan mortalitas dan morbiditas terhadap janin diantaranya adalah IUGR. Ikatan antara ligan parasit dengan reseptor Chondroitin Sulfate A (CSA) yang dihasilkan di sel sinsitiotrofoblas merupakan awal kelainan patologis pada plasenta malaria. Resistensi parasit terhadap antimalaria merupakan permasalahan dunia kesehatan, sehingga dikembangkan pengobatan baru herba sambiloto sebagai antimalaria. Tablet sambiloto (AS 201-01) terbukti bekerja sebagai antimalaria, namun belum pernah diuji pada kehamilan. Tingginya akumulasi parasit diplasenta akan meningkatkan ekspresi CSA yang akan menyebabkan patologis pada plasenta sehingga berpengaruh terhadap luaran kehamilan, maka perlu dilakukan penelitian ekspresi CSA plasenta mencit bunting yang diberikan AS201-01 sebelum dilakukan uji pada manusia. Tujuan: Mengetahui aktivitas AS201-01 dalam menurunkan ekspresi CSA plasenta mencit bunting diinfeksi P.berghei dibandingkan dengan tablet DHP. Metode: Eksperimental laboratorium, 24 ekor mencit bunting dibagi dalam 4 kelompok dengan randomisasi. Kelompok tidak diinfeksi, kelompok plasebo, kelompok Kelompok Sambiloto (AS 201-01) dan kelompok tablet DHP. Pada hari ke-9 diinfeksikan P.berghei hari ke-11 diberikan perlakuan, hari ke-15 pembedahan, diambil sampel plasenta, dilakukan pewarnaan IHC CSA dan dihitung ekspresi plasenta. Hasil: Ekspresi CSA plasenta kelompok tidak terinfeksi dibandingkan kelompok AS201- 01 tidak berbeda bermakna (p> 0,05), kelompok tidak diinfeksi dibanding dengan kelompok perlakuan yang lain berbeda bermakan (p<0,05). Kelompok plasebo dibanding dengan semua kelompok berbeda bermakna (p>0,05). Kelompok Sambiloto (AS 201-01) dibandingkan kelompok tidak diinfeksi p 0,15(p>0,05) tidak berbeda bermakna, dengan kelompok yang lain berbeda bermakna (p<0,05). Kelompok tablet DHP dibandingkan dengan semua kelompok berbeda bermakna (p<0,05